BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang
anak dapat mengalami keterlambatan perkembangan di hanya satu ranah
perkembangan saja, atau dapat pula di lebih dari satu ranah
perkembangan.Keterlambatan perkembangan umum atau global developmental delay merupakan
keadaan keterlambatan perkembangan yang bermakna pada dua atau lebih ranah
perkembangan.Secara garis besar, ranah perkembangan anak terdiri atas motor
kasar, motor halus, bahasa / bicara, dan personal sosial / kemandirian.Sekitar
5 hingga 10% anak diperkirakan mengalami keterlambatan perkembangan. Data angka
kejadian keterlambatan perkembangan umum belum diketahui dengan pasti, namun
diperkirakan sekitar 1-3% anak di bawah usia 5 tahun mengalami keterlambatan
perkembangan umum.1
Gangguan
koordinasi motorik diketahui diderita 1 dari 20 anak usia sekolah. Ciri
utamanya adalah gangguan perkembangan motorik, terutama motorik
halus.Sebenarnya gangguan ini mengenai motorik kasar dan motorik halus, tetapi
yang sangat berpengaruh pada fungsi belajar adalah fungsi motorik halusnya.Keterampilan
gerakan merupakan dasar dari keterampilan belajar sehingga dengan adanya
keterbatasan atau gangguan keterampilan gerak, seperti pada kasus gangguan
keterampilan motorik maka masalah akanmeningkat dan meluas seiring dengan bertambahnya
usia anak. Walaupun kondisi ini pertama kali dikenal awal tahun 1990-an, namun
kewaspadaan mengenai keadaan ini baru meningkat akhir-akhir ini berdasarkan
bukti bahwa prevalensnya sekitar 5% dari anak sekolah usia primer.2
Istilah
motorik diambil dari kata motor yang memiliki arti ”gerak” dalam kaitannya
dengan pengertian gerak dimaksud adalah suatu aktivitas yang mengandalikan
peran gerak tubuh sebagai perilaku gerak. Perilaku motorik (gerak) merupakan
istilah generik yang mengarah kepada pengertian tentang “gejala perilaku nyata yang teramati dan ditampilkan melalui gerak otot
atau anggota tubuh di bawah kontrol sistem persyarafan”,ada dua sitilah
yang sering digunakan dalam kaitannya dengan belajar motorik yaitu kemampuan
motorik dan keterampian motorik.3
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Definisi
Istilah motorik diambil dari kata
motor yang memiliki arti ”gerak” dalamkaitannya dengan pengertian gerak dimaksud
adalah suatu aktivitas yang mengandalikan peran gerak tubuh sebagai perilaku gerak.
Perilaku motorik (gerak) merupakan istilah generik yang mengarah kepada
pengertian tentang ”gejala perilaku nyata yang teramati dan ditampilkan melalui
gerak otot atau anggota tubuh di bawah kontrol sistem persyarafan”. Ada dua
sitilah yang sering digunakan dalam kaitannya dengan belajar motorik yaitu
kemampuan motorik dan keterampilan motorik.Kemampuan dan keterampilan ini merupakan
dua konsep yang berbeda.Kemampuan motorik lebih tepat disebut sebagai kapasitas
seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan dan unjuk kemampuan yang relatif
melekat sejak kanak-kanak.3
Faktor biologis dianggap sebagai
kekuatan utama yang berpengaruh terhadap kemampuan motorik dasar
seseorang.Kemampuan motorik dasar inilah yang kemudian berperan sebagai
landasan bagi perkembangan keterampilan motorik. Oleh karena itu keterampilan
motorik akan banyak bergantung kepada kemampuan dasar yang dikuasai. Lingkup
kemampuan dasar ini mencakup; keseimbangan, kecepatan, ketepatan dan locomosi,
kekuatan, dan fleksibilitas, misalnya.merupakan kemampuan dasar untuk pelaksanaan
berbagai keterampilan motorik. Dengan demikian keterampilan motoric dapat
dikatakan sebagai faktor lingkungan (yang diciptakan) atau merupakan hasil belajar
misalnya; terampil memukul bola stik, bermain bola dll.Secara mendasar anak-anak
yang mengalami gangguan motorik dapat digolongkan ke dalam tiga katagori yaitu;
1) Spina bifina, 2) Cerebal palcy 3) developmental coordination disorder.3
B. Epidemiologi
Prevalensi
gangguan koordinasi motorik tidak diketahui tetapi diperkirakan sekitar 6% dari
anak usia sekolah. Rasio laki-laki terhadap perempuan juga tidak diketahui,
tetapi lebih banyak anak laki-laki yang memiliki gangguan koordinasi motorik
dibandingkan anak perempuan.Laporan dalam literatur menyebutkan rasio laki-laki
berbanding perempuan terentang dari 2:1 sampai sebesar 4:1.4
Seorang
anak dapat mengalami keterlambatan perkembangan di hanya satu ranah
perkembangan saja, atau dapat pula di lebih dari satu ranah perkembangan.Keterlambatan
perkembangan umum atau global developmental delay merupakan keadaan
keterlambatan perkembangan yang bermakna pada dua atau lebih ranah
perkembangan.Secara garis besar, ranah perkembangan anak terdiri atas motor
kasar, motor halus, bahasa / bicara, dan personal sosial / kemandirian.Sekitar
5 hingga 10% anak diperkirakan mengalami keterlambatan perkembangan. Data angka
kejadian keterlambatan perkembangan umum belum diketahui dengan pasti, namun
diperkirakan sekitar 1-3% anak di bawah usia 5 tahun mengalami keterlambatan
perkembangan umum.1
C. Etiologi
Penyebab
gangguan koordinasi motorik tidak diketahui, tetapi hipotesis adalah termasuk
penyebab organik dan perkembangan.Faktor resikonya adalah prematuritas,
hipoksia, malnutrisi perinatal, dan berat badan lahir rendah. Kelainan
neurokimiawi dan lesi lobus parietalis juga telah diajukan berperan dalam
defisit koordinasi .4
Gangguan
koordinasi motorik dan gangguan komunikasi memiliki hubungan yang kuat,
walaupun agen penyebab spesifik tidak diketahui untuk keduanya.Masalah
koordinasi juga lebih sering dibandingkan biasanya pada anak-anak dengan
perilaku impulsif dan berbagai gangguan belajar. Gangguan koordinasi motorik
kemungkinan memiliki penyebab yang multifaktoral .4
Penyebab
keterlambatan perkembangan umum antara lain gangguan genetik atau kromosom
seperti sindrom Down; gangguan atau infeksi susunan saraf seperti palsi serebral atau CP, spina
bifida, sindrom Rubella; riwayat bayi risiko tinggi seperti bayi prematur atau
kurang bulan, bayi berat lahir rendah, bayi yang mengalami sakit berat pada
awal kehidupan sehingga memerlukan perawatan intensif dan lainnya.5
D. Faktor
resiko
Faktor
risiko keterlambatan perkembangan motorik yang dapat diketahui dengan penilaian
perkembangan pada bayi meliputi :
Motorik
kasar
§ 4,5
bulan : Belum dapat mengontrol
kepala
§ 5
bulan : Belum dapat tengkurap bolak-balik
§ 7-8
bulan : Belum
duduk tanpa bantuan
§ 9-10
bulan : Tidak
dapat berdiri berpegangan
§ 15
bulan : Belum berjalan
§ 2
tahun : Tidak mampu naik atau turun tangga
Motorik
halus
§ 3,5
bulan : Tangan tetap
terkepal
§ 4-5
bulan :
Tidak mampu memegang mainan
§ 7
bulan : Tidak mampu memegang benda pada setiap
tangan
§ 10-11
bulan : Tidak
mampu menyumput benda kecil
§ 15
bulan : Tidak dapat memasukkan atau mengambil
benda
§ 20
bulan : Tidak dapat membuka kaos kaki atau
sarung tangan sendiri
§ 24
bulan : Tidak dapat menyusun 5 balok.1
E. Macam-macam
penyakit yang dapat menyebabkan Gangguan perkembangan Motorik
a) Spina
Bifina
Spina bifina merupakan suatu pembentukan yang salah
dari stuktur tulangbelakang (spina) yang disebabkan oleh penutupan yang kurang
baik dari satu atau lebihruas tulang belakang (vertebrata) yang dikenal dengan
nama sumbing tulang belakangatau pembelahan tulang belakang. Kondisi sumbing
tulang belakang yang tidakmengakibatkan secara serius dinamakan sumbing tulang
belakang samar (spinal bifidaocculta). Sumbing tulang belakang kista ( spina
bifida cysta) merupakan kelanjutan darikondisi spinal bifida occulta, yaitu
suatu kondisi yang menggambarkan adanyapenutupan dari saluran spina melalui
celah ruas tulang yang tidak normal. Ada duabentuk dari spina bifida cysta;
Pertama; yang disebut meningokel (meningocele) yaitu suatu keadaan dimana penutupan
tali spinal nampak menonjol.Kedua; yang disebutmeilomeningokel
(myelo-meningocele).Suatu keadaan bilamana penutupan spinalterjadi pada tali
spinal, dan akar syaraf menonjol.6
Gambar. Bentuk spina bifida.7
Hasil
penelitian kondisi kelainan tulang tersebut diperkirakan 1 dari 350 anaklahir
dengan salah satu bentuk spina bifina dan kiri-kira ada 50.000 anak-anak usia sekolah
yang memiliki salah satu bentuk dari kondisi tersebut (French and Jansma:
1982).8
Penyebab
khusus dari Spina bifida tidak diketahui. Nampaknya bahwa adakombinasi faktor
keturunan dan lingkungan yang mungkin meningkatkan resiko dari sumbing tulang
belakang, tetapi tidak ada satu faktor secara langsung dapat diidentifikasi.9
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki hambatan miomeningkol
cenderung menunjukan kondisi hidrosefali. Di mana anak ini akanmeperlihatkan
ketidak seimbangan di dalam memproduksi cairan cerebrospinal dalam tengkorak
dan pengaliran cairan ke dalam sistem peredaran darah melalui permukaan otak.
Jika kondisi ini dibiarkan, maka akan menyebabkan terjadinya gangguan mental
atau kematian yang cepat.9
Banyak
anak yang mengalami hambatan mielomeningokel mempunyai masalah dalam perhatian
yang sekaligus akan mengganggu aktivitas gerak seperti; menangkap danmelempar
bola, koordinasi gerak (visual-motor) seperti dalam melakukan koordinasi gerak
mata-tangan misalnya sering muncul pada anak yang mengalami gangguan mielomeningokel.9
b)
Cerebral Palcy
Dilihat dari makna
kata sesungguhnya kata Cerebral Palsy terdiri atas dua yaitu cerebral dan palsy.
Kata cerebral diambil dari kata cerebellum yang berarti otak dan kata palsy
yang berarti kekakuan. Jadi menurut arti katanya Cerebral Palsy menunjuk kepada
kekakuan yang disebabkan karena adanya gangguan yang terletak di dalam otak .
Berkenaan dengan pengertian itu (Bax :1994) menjelaskan bahwacerebal palsy
digambarkan sebagai gangguan gerak dan postur yang disebabkan oleh kerusakan
permanent tetapi nonprogresif pada otak Kondisi cerebral palsy memiliki derajat
tertentu dari yang ringan hingga yang berat tergantung pada hebat tidaknya kerusakan
yang terjadi pada otak. Jika kerusakan pada otak itu cukup meluas sehinga menimbulkan
kerusakan pada bagaian lain yaitu pusat dan fungsi pancaindra, maka gangguan
itu akan menyertai pula pada gangguan yang menyebar luas pada fungsi sensoris
seperti; penglihatan, pendengaran, bicara bahkan masuk kepada wilayah kecerdasan,
akan tetapi dapat juga terjadi hanya menyangkut gangguan gerak dan tidak menyerang
fungsi yang lain.10
Berkenaan dengan hal
ini (Bax:1994) menjelaskan bahwa Cerebal palsy biasanya disertai oleh kombinasi
kesulitan lainnya misalnya; penglihatan, pendengaran, berbicara dan kemampuan
kecerdasan. Oleh karena itu sekalipun ada dua orang anak didiagnosisi sebagai
anak yang memiliki cerebal palcy akan memiliki perbedaan yang besar diantara keduanya.
Hal ini menyebakan timbulnya kesulitan untuk menemukan kesimpulan tentang
dampak dari gangguan motorik (cerebral palsy) terhadap perkembangan anak.10
Namun demikian secara
umum dapat diidentifikasi dan didefinisikan beberapa tipe hambatan yang
ditimbulkan oleh gangguan motorik ini (cerebal palsy).¾ dari anak daricerebral
palsy mengalami gerakan spastic (spastic movement), athetosis, ataxia, rigidity
dan tremor.
Cerebral palsy dengan
gangguan spastic menunjuk kepada suatu kondisi yang disebabkan oleh kegagalan
otot dalam melakukan releksasi sehingga gerakan-gerakanmereka menjadi kaku.
Cara berjalan yang menyilang (scissor gait) sehingga aktivitas berjalan
dilakukan pada ujung jari; kaki mengarah ketengah, kedua lutut tertekuk dan hamper
beradu, punggung , sikut dan pergelangan tangang tertekuk; lengan bawah terputar
ke kekanan.
Cerebral
palsy dengan gangguan athetosis, sering menunjukkan aktivitas sepertimenggeliat
secara berlebihan dan tanpa tujuan dan diluar kehendak dirinya. Berlawanan dengan
spastic, individu ini bergerak terlalu banyak ; menunjukkan tonus otot yang rendah
(hypotonus), ia juga memiliki kecenderungan untuk mengeluarkan air liur, pungggung
yang bengkung.
Cerebral palsy dengan
gangguan ataxia, menunjukkan gangguan dalam keseimbnagan dan kenestesis yang
kurang, mengalami hambatan di dalam kesadaran akan ruang. Kondisi anak seperti
ini biasanya diperoleh setelah lahir.
Cerebral palsy dengan
gangguan rigidity, menunjuk kepada kekakuan tonus otot agonis dan antagonis
yang cenderung membekukan gerak dan berlawanan dengan spastic, ia memiliki
elastis otot yang minim dan hampir tidak memiliki reflek.
Cerebral palsy dengan
gangguan tremor, memiliki gerak yang kuat dan takterkontrol.Jadi berlawanan
dengan mereka yang mengalami gangguan athetosis.Namun demikian Individu ini
biasanya tidak terlalu mengalami kesulitan berarti dibandingkan kondisi
cerebral palsy lainnya.10
Cerebral Palsy
sebetulnya dapat mempengaruhi satu atau lebih bagian tubuh sehingga seringkali
dikelompokkan berdasarkan topografik atau anatomik. Tipe tersebut mencakup apa
yang disebut dengan :
§
hemiplegia
( kelumpuhan padaa satu sisi tubuh ; lengan dan tungkai,
§
paraplegia;
kelumpuhan yang diderita pada kedua tungkai,
§
dipligia;
(kelumpuhan pada kedua kaki dan sedikit mengalami kelumpuhan pada lengan,
§
Quadriplegia
( kelumpuhan pada semua anggota badan),
§
triplegia
9 kelumpuhan pada tiga anggota badan), dan
§
monoplegia
(kelumpuhan pada satu anggota badan).10
c) Developmental
coordination disorder
Anak
yang mengalami gangguan koordinasi gerak (developmental coordination disorder) adalah anak yang mengalami kesulitan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang
memerlukan keterampilan-keterampilan gerak tertentu dan koordinasi gerak
seperti; menalikan tali sepatu,
mengancingkan kancing baju, menangkan dan melempar bola, kesulitan menggunting dan memotong dengan menggunakan pisau,
mengendaria sepeda, melakukan
kegiatan olah raga dan menulis. Kondisi seperti ini sulit dijelaskan dari sudut pandang neorologis atau kondisi medis dan
biasanya kesulitan seperti ini berlangsung sampai
usia remaja.11
Akan
tetapi kesulitan dalam menjelaskankondisi ini dilihat dari aspek neorologisdipertanyakan
oleh Jongmans, Mercuri, Dubowizt, dan Henderson (1998) yang menemukan secara signifikan bahwa anak-anak yang berusia 6
tahun ke atas yang memiliki
kesulitan dalam koordinasi gerak memiliki abnormalitas pada fungsi otak. Anak-anak yang mempunyai hambatan seperti
koordinasi gerak diberi label denganistilah yang beragam seperti misalnya;
Clumcy Child syndrome, developmental disfraxia, Developmental apraxia dan
agnosiam perceptual motor dusfungtion, sensory integrative disfungtion, namun
demikian pada tahun 1994 telah disepakati bahwa keragaman istilah sebagaimana
diuraikan di atas dapat disederhanakan dalam satu istilah yang disebut dengan
developmental coordination disorder (gangguan koordinasi gerak). Meskipun
sampai saat ini mesih terjadi perdebatan tentang apakah terdapat perbedaan
antara anak yangmenga,lami gangguan koordinasi gerajk dengan istilah-istilah
yang beragam sebagaimana yang di sebutkan di atas.12
Terdapat
kesepakatan bahwa anak-anak dengan gangguan DCD bersifat heterogen, (Dewey dan
Kaplan 1994) menjelaskan bahwa terdapat tiga kelompok anak yangdikatagorikan
sebagai DCD yaitu;
§
Kesulitan
keseimbangan
§
Kesulitan
koordinasi
§
Mengalami
kesulitan dalam kegiatan sehari-hari seperti menyisir rambut,
menulis,merencanakan gerak pada kegiatan yang berurutan dan kesulitan dalam
hampir semuabidang.13
Kesulitan
koordinasi gerak pada anak yang mengalami DCD biasanya sulit diidentifikasi
sebelum usia empat/lima tahun. Hal ini deisebabkan karena belum ada kesepakatan
dalam menentukan kriteria untuk mengetahui DCD sehingga belum ada tes yang
dapat digunakan untuk dapat mengetahuinya pada anak di bawah usia 5 tahun.
Namun demikian terdapat perkiraan incident DCD yaitu; 500-1000 dari 10.000 anak
diduga mengalami DCD.. Sebagai contoh; penelitian yang dilakukanoleh Kadesjo
and Gilberg (1999) meneliti lebih dari 400 anak yang berusia 6 s/d 8 tahun yang
bertempat tinggal didaerah tertentu di Swedia dan anak-anak ini bersekolah di
sekolah biasa. 20 anakl (4,9 %) diindentifikais sebagai anak yang mengalami DCD
berat yang didasrkan pada test motorik kasar da motorik halus. Kebanyakan anak
dari kelompok ini (18 orang) adalah anak laki-laki Selanjutnya 35 oarang anak
(8,6%) diidentifikasi sebagai anak yang mengalami DCD sedang dan 29 dari
kelompok ini adalah anak laki-laki. Hampir setengan dari kelompok anak inimenunjukkan
gejala ADHD (Attention Deficit and Hyperaktive Disorder) dari tingkat yang
berat sampai tingkat yang sedang.. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbandingan
antara laki-laki dan perempuan yang mengalami Develompment Coordination
Disorder yaitu 5:1.13
F. Gejala
dan tanda Klinis
Gambaran
klinis dari masalah koordinasi motorik dinilai dari sudutpandang perkembangan,
yaitu dengan mempertimbangkan kemampuan fisik normal pada usia yang berbeda.Evaluasi
perkembangan meliputi pertimbangan variasi individu. Mengevaluasi pengembangan
keseluruhan anak, mempertimbangkan karakteristik dan gaya kekuatan dan
kelemahan masing-masing anak.4
Manifestasi
pada bayi
•
Bayi
dengan kesulitan pada fungsi motorik mungkin muncul hipertonikatau hipotonik.
Jika bayi bereaksi keras pada setiap pendengaranringan atau rangsangan visual
dengan menjadi kaku atau denganmelengkungkan punggungnya, ini adalah tanda
hipertonus danhiperreaktivitas. Bayi muda mempertahankan tonus fleksor
dalambeberapa bulan pertama kehidupan dan hanya secara bertahapmengembangkan
pola ekstensi. Ketika orang tua melaporkan bahwabayi mereka kuat (yaitu,
otot-otot keras dan tegang muncul), jikarefleks primitif (misalnya, Moro, plantar,
atau refleks rooting) bertahansetelah 6 atau 7 bulan, keprihatinan tentang
perkembangan motoric dibenarkan. Salah satu tanda tunggal mungkin tidak
signifikan, namunketekunan refleks primitif harus mendatangkan beberapa
pemeriksaanpenuh fungsi motorik secara keseluruhan.Data anekdotal menunjukkan
bahwa bayi dalam beberapa kelompokras, misalnya Afrika ,Amerika, umumnya
mencapai keterampilanmotorik kasar lebih cepat daripada anak-anak dari kelompok
raslainnya. Ketika bayi kecil muncul hampir siap untuk berjalan pada
usiabeberapa bulan, ini adalah tanda untuk perhatian. Bayi yang bergeraksebagai
seluruh unit tanpa mengoreksi sudut kepala menuju garisvertikal saat dipegang
samping mungkin memiliki masalahperkembangan motorik.
•
Bayi
dengan tantangan bermotor sering tertunda dalam mencapaiPerkembangannya seperti
kemampuan untuk berguling, duduk dengan bantuan,dan duduk tanpa bantuan. Bayi
dengan masalah motor mungkin tidakmampu mempertahankan berat badan mereka
setelah 6 bulan biladidukung di bawah lengan mereka.
•
Pada
sekitar usia 4 bulan, bayi dapat mulai mengantisipasi pergerakanbenda-benda,
menunjukkan perkembangan visuomotor awal. Padasekitar usia 6 bulan, mereka
biasanya dapat menentang ibu jari dalamgerakan menggenggam.
•
Pada
usia 9 bulan, sambil duduk dengan sendirinya, bayi harus bisamengoreksi diri
postur saat miring ke 1 sisi atau sisi lainnya, bukanhanya menjadi terbalik.
•
Jika
bayi tidak dapat duduk dengan bantuan atau dirinya sendiri pada usia 9bulan,
kekurangan ini harus diperhatian oleh pemeriksaan dokterdengan rinci dan cepat.
•
Bayi
yang berdiri dan yang selalu menunjuk ke bawah dengan jari-jarikaki mereka juga
mungkin menandakan hipertonus pada tungkaibawah (atau hipertonus umum) dan
sensitivitas tinggi untukmenyentuh di permukaan plantar kaki. Bayi ini kemudian
dapatberjalan berjinjit.
Manifestasi
pada tahun kedua dan ketiga dari kehidupan
•
Kesulitan
dalam fungsi motorik halus pada anak-anak di tahun-tahunawal mungkin sulit
untuk diidentifikasi. Misalnya, balita yangmemiliki deficit keterampilan motorik
halus tidak dapat menerimamakanan yang membutuhkan kemampuan mengunyah yang
lebihbesar. Makan makanan padat membutuhkan fungsi terkoordinasisekitar 31
pasang otot dan koordinasi bernapas dengan menelan daribolus tersebut. Balita
yang tidak makan makanan padat mungkinmenampilkan penanda tantangan motor yang
mungkin melampauimengunyah. Hal ini juga berlaku untuk balita yang berulang
kalitersedak makanan saat mengunyah.
•
Anak-anak
mungkin memiliki kesulitan dalam kemampuan untukmembuat pemahaman untuk mengambil
benda kecil dengan jaritelunjuk dan jempol. Hal ini dapat diuji dengan
membiarkan anak-anakuntuk mengambil sebuah benda kecil dari permukaan yang
datar,seperti sepotong sereal sarapan. Bayi dapat terus berusaha untukmengambil
benda-benda dengan pemahaman palmar (yaitu, denganpermukaan anterior seluruh
tangan). Jika demikian, mereka harusdiamati untuk keterlambatan motorik halus.
•
Pada
akhir tahun pertama kehidupan, sebagian besar bayi mulaimembuat upaya untuk
berjalan sambil berpegangan pada furnitur danmengambil langkah-langkah pertama
mereka tak lama kemudian. Bayiyang tidak dapat berjalan setelah umur 18 bulan
mungkin memilikihypotonicity atau hypertonicity, kekuatan otot yang buruk
ataukoordinasi, dan kesulitan dengan mengelola, keseimbangan, danpostur. Dalam
sebuah studi tahun 1990 oleh Bax et al, kebanyakananak yang tidak berjalan pada
usia 18 bulan ternyata menjadi sehat,namun sebagian kecil mengalami kesulitan
motorik, termasuk cerebralpalsy dan keterlambatan perkembangan lainnya.
•
Kemampuan
untuk berjalan sangat tergantung pada kemampuan untukmenjaga keseimbangan dan
tidak jatuh. Berjalan membutuhkan lebihdaripada kekuatan otot belaka untuk
mendukung berat tubuh . Faktor-faktorlain yang terlibat dalam onset berjalan
termasuk gayatemperamen, kesempatan, dan faktor motivasi.Manifestasi di
prasekolah dan anak usia sekolahPada usia 3-5 tahun, banyak keterampilan yang
diperoleh dandisempurnakan dengan paparan kegiatan dan permainan
yangmembutuhkan motorik berlatih. Anak-anak jelas bervariasi dalamkecepatan
perkembangan mereka.
•
Pada
usia 4-5 tahun, kebanyakan anak telah mengembangkanpreferensi tangan yang jelas
atau dominasi. Dalam beberapa kasus,keterampilan tangan yang benar kemampuan
untuk benar-benarmelakukan tugas dengan baik dengan kedua tangan.
•
Tanda
lain yang menjadi perhatian adalah kesulitan dalam memegangpensil. Kekhawatiran
muncul pada anak yang memiliki kesempatanpraktek dan yang masih tidak bisa
memegang pensil dengan polamatang.
•
Banyak
pakar berpikir bahwa kesulitan dalam keterampilan motoric halus (yaitu, dalam
mengelola jari dan pergelangan tangan) lebihmerupakan refleksi dari rusak di
daerah proksimal tungkai atasdaripada di daerah lain. Anak-anak mungkin tidak
dapat menanganipena, krayon, atau pensil. Ini dianggap sebagai cara yang matang
danefisien untuk menangani tugas-tugas menulis. Selama kegiatan itu,hanya
pergelangan tangan bergerak bersama, sementara sendi lain diekstremitas atas
tetap. Namun demikian, ketika bahu lemah, anak-anakkompensasi ketika mereka
harus menggunakan bagian distalekstremitas atas (jari, tangan). Alih-alih
menggunakan pergelangantangan untuk menulis, anak-anak harus memindahkan
seluruhekstremitas atas untuk menulis.1
Tanda
klinis yang mengarahkan adanya gangguan koordinasi motoric terlihat paling awal
pada masa bayi, saat anak yang terkena mulai berusaha melakukan tindakan yang
memerlukan koordinasi motorik.Gambaran klinis yang penting adalah gangguan kinerja
anak yang jelas terganggupada koordinasi motorik. Kesulitan dalam motorik
mungkin bervariasi menurut umur dan stadium perkembangan anak .14
Pada masa
bayi dan masa anak-anak awal gangguan mungkinbermanifestasi sebagai
keterlambatan kejadian perkembangan normal,seperti berputar, merangkak, duduk,
berdiri, berjalan, mengancingkan baju, dan mengunci retsleting celana.Antara
umur 2 dan 4 tahun, kecanggungan tampak pada hampir semua aktivitas yang
memerlukan koordinasi motorik. Anak yang terkena tidak dapat memegang benda,
dan mereka mudah menjatuhkannya; gaya berjalan mereka tidak mantap; mereka
sering kali tersandung pada kakinya sendiri; dan mereka mungkin menabrak
anak-anak lain saat berusaha mendekati mereka.14
Pada anak
yang lebih besar ganguan koordinasi mototrik mugkin terlihat dalam permainan di
meja, seperti mencocokkan kepingan gambar atau membangun balok, dan pada tiap
jenis permainan bola.Walaupun tidak ada ciri spesifik yang patognomonik untuk
gangguan koordinasi motorik, kejadian perkembangan sering kali terlambat.Banyak
anak dengan ganguan juga memiliki gangguan bicara. Anak yang lebih tua mungkin juga
memiliki masalah kesulitan sekolah sekunder, termasuk masalah perilaku dan
emosional, yang memerlukan intervensi terapeutik yang tepat.14
F.
Penegakkan diagnosa
Diagnosa
gangguan koordinasi motorik memerlukan riwayat tentangperilaku motorik awal
anak, termasuk pengamatan langsung aktivitas motorik. Skrining informal untuk
gangguan koordinasi motorik dapat dilakukan dengan meminta anak melakukan
pekerjaan yang melibatkan koordinasi motorik kasar (melompat, meloncat, dan
berdiri pada satu tungkai), koordinasi motorik halus (menjentikkan jari dan
mengikat tali sepatu), dan koordinasi mata dan tangan (menangkap bola dan
meniru tulisan).14
Diagnosa
didukung oleh skor subtes kinerja yang lebih rendah darinormal dari tes
kecerdasan baku da oleh skor subtes verbal yang normal atau di atas normal. Tes
khusus koordinasi motorik dapat berguna, seperti Bender Gestalt Visual Motor Test, Frostig Movement Skills Test Battery,
dan Bruininks Oseretsky Test of Motor
Proficiency.14
The Bender Gestalt Visual Motor test digunakan untuk menilai penggabungan
visual-motorik dan keterampilan pemahaman visual ( apakah kedua mata dan salah
satu bagian otak berhubungan dengan penyampaian daya lihat dengan tepat). Test
ini terdiri dari sembilan tes yang harus diikuti.14
Bruininks-Oseretsky Test of Motor Proficiency
(BOTMP) untuk menilai
keterampilan motorik halus maupun kasar pada anak yang beusia4 sampai 14 tahun.
BOTMP terbagi dalam 8 sub bagian, termasuk kemampuan untuk berlari dan ketangkasan
umum, bagaimana seorang anak dapat mempertahankan keseimbangan dan koordinasi
dari pergerakan bilateral. Tes ini sering disukai oleh anak-anak karena serupa
dengan aktivitas pada masa anak-anak (melempar atau menangkap bola, berlari, melakukan
push up). Tes ini paling banyak digunakan untuk menilai kemampuan motorik, dan
dapat digunakan dalam cakupan yang luas pada anak-anak, dari kemampuan tubuh hingga
rintangan fisik yang berat.1,4
G. Skrining
Perkembangan
Diagnosa
juga dapat ditegakkan berdasarkan skrining perkembangan dengan memakai denver developmental
screening test II (DDST II) , bayley Infan Neurodevelopmental Screening (BINS)
, muenchener, KPSP, dan kartu menuju sehat (KMS).15
Skrining
perkembangan DENVER II
Skrining
perkembangan yang banyak digunakan oleh profesi kesehatan adalah Denver II,
antara lainkarena mempunyai rentang usia yang cukup lebar (mulaibayi baru lahir
sampai umur 6 tahun), mencakup semuaaspek perkembangan dengan realiability
cukup tinggi(interrates reability = 0.99, test-retest reability = 0.90).13,20Sampai
tahun 1990 metode ini telah digunakan lebih dari 54 negara dan telah
dimodifikasi lebih dari 15 negara (Frankenburgh dkk, 1990). Walaupun secara
eksplisit metode ini untuk mendeteksi 4 aspek perkembangan, tetapi di dalamnya
sebenarnya terdapat aspek-aspek lain sebagai berikut:16
•
Gerak
kasar
•
Gerak
halus (di dalamnya terdapat aspek koordinasi mata dan tangan, manipulasi
benda-benda kecil, pemecahan masalah ),
•
Berbahasa
(di dalamnya terdapat juga aspek pendengaran, penglihatan dan pemahaman, komunikasi
verbal),
•
Personal
sosial (di dalamnya terdapat juga aspek penglihatan, pendengaran, komunikasi,
gerak halus dan kemandirian).
Uji Denver
membutuhkan waktu cukup lama sekitar 30-45 menit. Kesimpulan hasil skrining
Denver II hanya menyatakan bahwa balita tersebut: normal atau dicurigai ada
gangguan tumbuh kembang pada aspek tertentu. Normal, jika ia dapat melakukansemua
kemampuan (atau berdasarkan laporan orangtuanya) pada semua persentil yang
masuk dalamgaris umurnya. Walaupun ada 1 ketidakmampuan atau menolak melakukan
pada persentil 75-90 masih dianggap normal. Dicurigai ada gangguan tumbuh kembang
jika ada 1 atau lebih ketidakmampuan pada persentil > 90, atau 2 (atau
lebih) ketidakmampuan/ menolak pada persentil 75-90 yang masuk garis umurnya.21
Selain itu di dalam Denver II ada bagian terpisah untuk menilai perilaku anak
secara sekilas. Tetapi Denver II tidak mampu mendeteksi gangguan emosional,atau
gangguan-gangguan ringan. Tidak ada metoda skrining yang sempurna.17
Untuk mengidentifikasi bayi berusia 3-24 bulan yang
mengalami keterlembatan tumbuh kembang atau mengalami gangguan neurologis.
Aspek perkembangan yang diuji oleh BINS meliputi :
·
Fungsi
neurologis dasar : Mengukur kelengkapan perkembangan sistim saraf pusat.
·
Fungsi
penerimaan atau reseptif
·
Fungsi
ekspresif
·
Fungsi
pengertian (kognitif)
Dalam
format pencatatan hasil skor total bayi disesuaikan dengan distribusi skor yang
disesuaikan usia kronologis bayi. Setiap usia memiliki titik potong yang terbagi
dalam 3 klasifikasi yang mengindikasikan besarnya resiko untuk terjadinya
keterlambatab dalam perkembangan atau gangguan neurologis, : resiko rendah,
resiko sedang, dan resiko tinggi. Tindak lanjut dari hasil penilaian BINS
adalah sebagi berikut :
·
Resiko
rendah
Dianggap
memiliki resiko minimal atau tidak memiliki resiko terjadinya hambatan
perkembangan.Walaupun demikian, tetap harus diingat adanya variabel yang tidak
dapat diukur oleh BINS namun dapat mempengaruhi perkembangan, misalnya faktor
lingkungan.
·
Resiko
Sedang
Direkomendasikan
uji BINS sekitar 3 bulan yang akan datang. Selama itu orang tua diberi petunjuk
untuk memberi stimulasi sebagai latihan perkembangan anak.Bila dari pemeriksaan
selanjutnya didapatkan adanya keterlambatan maka kita jarus melakukan
pemeriksaan lain untuk mendiagnosis penyebab keterlambatan perkembangan.
·
Resiko
tinggi
Dibutuhkan
uji diagnostik lebih lanjut.18
Muenchener
Tujuan utama untuk mendeteksi keterlambatan dalam
perkembangan dengan cara mengukur tahap perkembangan bidang fungís tertentu.
Digunakan untuk usia 0-3 tahun. Aspek perkembangan yang dinilai antara lain :
-
Usia
0-12 bulan : merangkak, duduk, berjalan, memegang, persepsi, berbicara,
pengertian bahasa, sosialisasi
-
Usia
1-2 tahun : pengertian berbahasa, berbicara, persepsi, keterampilan tangan,
berjalan.
Penafsiran hasil pemeriksaan :
Yang
pertama diperhatikan, apakah grafik tadi menunjukkan penyimpangan yang negatif
(usia perkembangan dalam bidang tertentu berada di bawah usia kronologis).18
Kuesioner
Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
Kuesioner
ini diterjemahkan dan dimodifikasi dari Denver Prescreening Developmental Questionnaire(PDQ)
oleh tim Depkes RI yang terdiri dari beberapadokter spesialis anak, psikiater
anak, neurolog, THT,mata dan lain-lain pada tahun 1986.12 Kuesioner
iniuntuk skrining pendahuluan bayi umur 3 bulan sampai anak umur 6 tahun yang
dilakukan oleh orangtua. Setiap umur tertentu ada 10 pertanyaan tentang
kemampuan perkembangan anak, yang harus diisi (atau dijawab) oleh orangtua
dengan ya atau tidak, sehingga hanya membutuhkan waktu 10-15 menit (lihat
lampiran).22 Jika jawaban ya sebanyak 6 atau kurang maka anak dicurigai ada
gangguan perkembangan dan perlu dirujuk, atau dilakukan skrining dengan Denver
II.Jika jawaban ya sebanyak 7-8, perlu diperiksa ulang 1 minggu kemudian. Jika jawaban
ya 9-10, anak dianggap tidak ada gangguan, tetapi pada umur berikutnya
sebaiknya dilakukan KPSP lagi.19
Untuk
memperluas jangkauan skrining perkembangan Frankenburg dkk,. (1990)
menganjurkan agar lebih banyak menggunakan PDQ, karena mudah, cepat, murah dan
dapat dikerjakan sendiri oleh orangtua atau dibacakan oleh orang lain (misalnya
paramedis atau kader kesehatan).20 Jika dengan PDQ dicurigai ada gangguan
perkembangan, anak tersebut dirujuk untuk dilakukan skrining dengan Denver II yang
lebih rumit, lama dan harus dilakukan oleh tenaga terlatih.13 Kuesioner
ini sampai sekarang masih dianjurkan oleh Depkes untuk digunakan di tingkat pelayanan
kesehatan primer (dokter keluarga,Puskesmas) sering disebut sebagai ‘buku
hijau’ berjudul Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita Depkes RI 1994 yang
telah diuji coba di beberapa propinsi, tetapi tampaknya jarang dimanfaatkan. Bahkan
beberapa dokter Puskemas tidak tahu adanya buku tersebut, atau tidak tahu cara
penggunaannya karena tidak pernah diajarkan.19
KARTU
MENUJU SEHAT (KMS)
Suatu kartu yang digunakan untuk mencatat berat
badan bayi dan anak balita, setiap kali ditimbang secara teratur pada tiap-tiap
bulan.Berat badan dicantumkan dalam KMS dalam bentuk titik (.), disebut titik
berat badan. Titik-titik tersebut dirangkai sehingga membentuk grafik yang
menunjukkan pertumbuhan anak tersebut.20
KEGUNAAN
o
Mengngontrol
pertumbuhan berat badan anak.
o
Digunakan
sebagai alat untuk mengetahui keadaan kesehatan anak.
o
Dipakai
sebagai alat untuk mengetahui keadaan gizi anak.
CARA
PENGISIAN
o
Pada
penimbangan pertama, pengisian kolom identitas dan kolom bulanpada kolom
tersedia.
o
Catat
semua kejadian yang dialami atau diderita (sakit, imunisasi,pemberian vit A
dosis tinggi).
o
Hasil
penimbangan pertama diberi titik pada batas garis tegak (pada bulandimana anak
saat itu menimbang) dengan garis datar.
o
4.
Penimbangan selanjutnya seperti no. 3 dan titik-titik pada tiap bulan bila
CARA
MEMBACA
o
Garis
yang menghubungkan titik satu ke yang lain apakah mengikuti satu warna atau
pindah kewarna yang lebih tua.
o
Bila
garis yang menghubungkan titik-titik tersebut pindah kewarna yang lebih tua
berarti berat badan anak naik.
o
Bila
garis yang dibuat menurun, tetap atau bertambah tetapi pindah ke pita warna
yang muda berarti berat badan anak tidak naik.20
Tabel
1
Kriteria
Diagnostik untuk Gangguan Koordinasi Perkembangan
A
|
Kinerja dalam aktivitas
sehari-hari yang memerlukan
koordinasi motorik adalah
secara bermakna di bawah yang
diharapkan menurut usia
kronologis pasien dan inteligensia
yang terukur. Hal ini dapat
bermanifestasi dengan
keterlambatan yang nyata dalam
pencapaian kejadian
motorik (berjalan, merangkak,
duduk), menjatuhkan barangbarang,
“kecanggungan”, prestasi buruk
dalam olahraga, atau
tulisan tangan yang buruk
|
B
|
Gangguan dalam kriteria A
secara bermakna mengganggu
pencapaian akademik atau
aktivitas hidup sehari-hari
|
C
|
Kriteria Diagnostik untuk
Gangguan Koordinasi Perkembangan
Gangguan bukan karena kondisi
medis umum (palsi serebral,
hemiplegia, atau distrofi otot)
dan tidak memenuhi kriteria
untuk gangguan perkembangan
pervasif
|
D
|
Jika terdapat retardasi mental,
kesulitan motorik adalah13
melebihi dari apa yang biasa
menyertainya
|
Catatan penulisan: jika
terdapat kondisi medis umum
(neurologis) atau defisit
sensorik, tuliskan kondisi tersebut
pada Aksis III.
|
(Dikutip dari American
Psychiatric Association, Washington, 1994)
H. Terapi
Secara
khusus seorang dokter akan mencoba untuk memastikanmasalah yang dialami seorang
anak dalam kebiasaannya secara keseluruhan dan kemudian merencanakan intervensi
untuk mengembangkan fungsi adaptif secara optimal atau kemahiran dari keterampilan
yang terbelakang atau perbaikan dari kesulitan berkoordinasi.4
Terapi
gangguan koordinasi motorik termasuk latihan motorikperseptual, teknik latihan
neurofisiologis untuk disfungsi motorik, dan pendidikan fisik yang
termodifikasi.Teknik Montessori mungkin berguna bagi banyak anak prasekolah, karena
menekankan perkembangan keterampilan motorik.Tidak ada latihan atau metode
latihan tunggal yang tampaknya lebih menguntungkan atau efektif dibandingkan
yang lainnya.Masalah perilaku atau emosional sekunder dan gangguan komunikasi
yang terjadi bersamaan harus ditangani dengan metoda terapi yang sesuai.14
Tidak ada
penelitian skala besar yang telah melaporkan efek terapi,walaupun penelitian
kecil telah menyatakan bahwa latihan dalam koordinasi ritmik, mempraktekkan
gerakan motorik, dan belajar menggunakan mesin ketik semuanya adalah berguna.14
Konseling
parental membantu menurunkan kecemasan dan ras bersalah pada orangtua terhadap
gangguan anak dan meningkatkan kesadaran mereka, yang memberikan keyakinan bagi
mereka untuk membantu anak.14
I. Prognosis
Jika
tidak ditangani, anak-anak dengan gangguan koordinasi motoric cenderung
memiliki gejala yang bertahan pada masa remaja hingga masa dewasa.4
Pada
kasus berat yang tetap tidak terobati, pasien mungkin memilikisejumlah
komplikasi sekunder, seperti kegagalan berulang pada pekerjaan akademik dan
nonakademik di sekolah, masalah berulang dalam berusaha bergabung dengan
kelompok teman sebaya, dan ketidakmampuan bermain dan berolahraga.Masalah
tersebut dapat menyebabkan harga diri yang rendah, kesedihan, menarik diri, dan
pada beberapa kasus meningkatnya masalah perilaku yang parah sebagai reaksi
terhadap frustasi yang ditimbulkan oleh gangguan.Semua tingkat fungsi adaptif
dapat diharapkan pada anak-anak. Ciri penyerta yang sering adalah keterlambatan
kejadian nonmotorik, gangguan bahasa ekspresif, dan gangguan bahasa reseptif/ekspresif
campuran .14
BAB
III
Ringkasan
Gangguan
keterampilan motorik adalah semua gangguan yangditandai dengan perkembangan
koordinasi motorik yang tidak adekuat yang cukup berat sehingga membatasi
gerakan atau menahan kemampuan melakukan tugas, pekerjaan sekolah, atau
aktivitas lain yang termasuk dalam gangguan ini adalah gangguan koordinasi
perkembangan atau Development Coordination Disorder (DCD).
Penyebab
keterlambatan perkembangan umum antara lain
gangguan genetik atau kromosom seperti sindrom Down; gangguan atau infeksi
susunan saraf seperti palsi serebral
atau CP, spina bifida, sindrom Rubella; riwayat bayi risiko tinggi seperti bayi
prematur atau kurang bulan, bayi berat lahir rendah, bayi yang mengalami sakit
berat pada awal kehidupan sehingga memerlukan perawatan intensif dan lainnya
Tanda
klinis yang mengarahkan adanya gangguan koordinasi motoric terlihat paling awal
pada masa bayi, saat anak yang terkena mulai berusaha melakukan tindakan yang
memerlukan koordinasi motorik.Gambaran klinis yang penting adalah gangguan kinerja
anak yang jelas terganggua pada koordinasi motorik.Kesulitan dalam motorik
mungkin bervariasi menurut umur dan stadium perkembangan anak.
Terapi
gangguan koordinasi motorik termasuk latihan motorikperseptual, teknik latihan
neurofisiologis untuk disfungsi motorik, dan pendidikan fisik yang termodifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Ikatan
Dokter Anak Indonesia. Keterlambatan Perkembangan Pada Anak [homepage on the
Internet]. Nodate [cited 2015 Feb 22]. Available from http://idai.or.id/public-articles/seputar-kesehatan-anak/mengenal-keterlambatan-perkembangan-umum-pada-anak.html.
2.
Barkoukis
A. Disorders of Childhood: Motor Skills Disorders [homepage on the Internet].
2008 [cited 2015 Feb 01]. Available from http://mentalhelp.net/poc/view_doc.php?
type=doc&id=14495&cn=37.
3.
Lutan
R. Teori Belajar Keterampilan Motorik: Konsep dan Penerapan [Tesis]. Bandung:
Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. 2005.
4.
Kaplan,
et al. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Psikiatris Klinis Jilid 2. Jakarta:
Binarupa Aksara. 2002.
5.
Blackman
JA. Developmental Screening: Infants, Toddlers, And Preschoolers. Tokyo:
Saunders, 1992; p. 617-23.
6.
Appleton
PL, Minchom PE, Ellis NC, Eliott. Self Concept Of Young People With Spina
Bifida: A population-Based Study. Journal of Developmental Medicine and Child Neurology.
2010;36:198-215.
7.
Gambar
Bentuk Spida Bifida [homepage on the Internet]. Nodate [cited 2015 Feb 25].
Available from http://1.bp.blogspot.com
/SPINA%2BBIFIDA.gif.
8.
French
R, Jansma P. Special Physical Education. Columbus: Charles E. Merrill Publihing
Company. 2012.
9.
Anderson
EM, Spain B. The Child With Spina Bifida. London: Methuen. 2010.
10. Bax MCO. Terminology And
Classification Of Cerebral Palsy. Journal of Developmental Medicine and Child Neurology.
2010;6:295-7.
11. Kadesjo B, Gillberg C. Developmental
Coordination Disorder In Swedish 7 Year-Old Children. Journal of the American
Academy of Child Adolescent Psychiatry. 2011;20:32-9.
12. Jongmans MJ, Mercuri E, Dubowitz
LMS, Henderson SE. Perseptual Motor Difficulties And Their Concomitants In
Six-Year-Old Children Born Prematurely. Journal of Human Movement Science.
2005;17:629-53.
13. Dewey D, Kaplan BJ. Subtyping Of Development Motor Deficits.
Journal of Development Neuropsychology. 2009;10:265-84.
14. Hawari D. Pendekatan Holistik
Pada Gangguan Jiwa [Skripsi]. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2003.
15. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Edisi 1. Jakarta: Sagung Seto. 2002.
16. Frankenburg WK, et al. Denver II
Technical Manual. Denver: Denver Developmental Materials. 1990. p. 1-20.
17. Gunawan N. Pedoman deteksi dini
tumbuh kembangbalita. Jakarta: Depkes RI. 2004. p. 1-120
18. Patacy, C. Motor Skills Disorder
[homepage on the Internet]. 2010 [cited 2015 Feb 01]. Available from http://emedicine.medscape.com/article/915251.
19. Frankenburg WK, Dodds J, Archer
P. Denver II Training Manual. Denver: Denver Developmental Materials. 1990. p.
1-16.
20. Departemen Kesehatan RI. Pedoman
Pengunaan KMS [homepage on the Internet]. 2012 [cited 24 Feb 2015]. Available
from http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Pedoman-Penggunaan-KMS_SK-Menkes.pdf.
terima kasih kakak... Hal ini sangat membantu makalah saya di program S2... Semoga barokah
ReplyDeleteiya sama-sama mbak +endang sulistiya wati
ReplyDeleteSemoga S2 nya lancar ya, sukses buat mbak..
Mba saya memiliki anak dengan kelainan motorik halus sekarang usia nya sdh 15 th, saya tinggal di daerah Kaltim, banyak hal yg kami tidak memahami cara penanganan yg baik dan referensi dokter atau fisioterapi yg bagus, mohon diberikan informasi yg berkaitan dengan ini, terima kasih ( Yuli.galuh@gmail.com)
ReplyDeleteMba saya memiliki anak dengan kelainan motorik halus sekarang usia nya sdh 15 th, saya tinggal di daerah Kaltim, banyak hal yg kami tidak memahami cara penanganan yg baik dan referensi dokter atau fisioterapi yg bagus, mohon diberikan informasi yg berkaitan dengan ini, terima kasih ( Yuli.galuh@gmail.com)
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete