Skip to main content

GANGGUAN PERKEMBANGAN MOTORIK PADA ANAK



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Seorang anak dapat mengalami keterlambatan perkembangan di hanya satu ranah perkembangan saja, atau dapat pula di lebih dari satu ranah perkembangan.Keterlambatan perkembangan umum atau global developmental delay merupakan keadaan keterlambatan perkembangan yang bermakna pada dua atau lebih ranah perkembangan.Secara garis besar, ranah perkembangan anak terdiri atas motor kasar, motor halus, bahasa / bicara, dan personal sosial / kemandirian.Sekitar 5 hingga 10% anak diperkirakan mengalami keterlambatan perkembangan. Data angka kejadian keterlambatan perkembangan umum belum diketahui dengan pasti, namun diperkirakan sekitar 1-3% anak di bawah usia 5 tahun mengalami keterlambatan perkembangan umum.1
Gangguan koordinasi motorik diketahui diderita 1 dari 20 anak usia sekolah. Ciri utamanya adalah gangguan perkembangan motorik, terutama motorik halus.Sebenarnya gangguan ini mengenai motorik kasar dan motorik halus, tetapi yang sangat berpengaruh pada fungsi belajar adalah fungsi motorik halusnya.Keterampilan gerakan merupakan dasar dari keterampilan belajar sehingga dengan adanya keterbatasan atau gangguan keterampilan gerak, seperti pada kasus gangguan keterampilan motorik maka masalah akanmeningkat dan meluas seiring dengan bertambahnya usia anak. Walaupun kondisi ini pertama kali dikenal awal tahun 1990-an, namun kewaspadaan mengenai keadaan ini baru meningkat akhir-akhir ini berdasarkan bukti bahwa prevalensnya sekitar 5% dari anak sekolah usia primer.2
Istilah motorik diambil dari kata motor yang memiliki arti ”gerak” dalam kaitannya dengan pengertian gerak dimaksud adalah suatu aktivitas yang mengandalikan peran gerak tubuh sebagai perilaku gerak. Perilaku motorik (gerak) merupakan istilah generik yang mengarah kepada pengertian tentang “gejala perilaku nyata yang teramati dan ditampilkan melalui gerak otot atau anggota tubuh di bawah kontrol sistem persyarafan”,ada dua sitilah yang sering digunakan dalam kaitannya dengan belajar motorik yaitu kemampuan motorik dan keterampian motorik.3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.     Definisi
Istilah motorik diambil dari kata motor yang memiliki arti ”gerak” dalamkaitannya dengan pengertian gerak dimaksud adalah suatu aktivitas yang mengandalikan peran gerak tubuh sebagai perilaku gerak. Perilaku motorik (gerak) merupakan istilah generik yang mengarah kepada pengertian tentang ”gejala perilaku nyata yang teramati dan ditampilkan melalui gerak otot atau anggota tubuh di bawah kontrol sistem persyarafan”. Ada dua sitilah yang sering digunakan dalam kaitannya dengan belajar motorik yaitu kemampuan motorik dan keterampilan motorik.Kemampuan dan keterampilan ini merupakan dua konsep yang berbeda.Kemampuan motorik lebih tepat disebut sebagai kapasitas seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan dan unjuk kemampuan yang relatif melekat sejak kanak-kanak.3
Faktor biologis dianggap sebagai kekuatan utama yang berpengaruh terhadap kemampuan motorik dasar seseorang.Kemampuan motorik dasar inilah yang kemudian berperan sebagai landasan bagi perkembangan keterampilan motorik. Oleh karena itu keterampilan motorik akan banyak bergantung kepada kemampuan dasar yang dikuasai. Lingkup kemampuan dasar ini mencakup; keseimbangan, kecepatan, ketepatan dan locomosi, kekuatan, dan fleksibilitas, misalnya.merupakan kemampuan dasar untuk pelaksanaan berbagai keterampilan motorik. Dengan demikian keterampilan motoric dapat dikatakan sebagai faktor lingkungan (yang diciptakan) atau merupakan hasil belajar misalnya; terampil memukul bola stik, bermain bola dll.Secara mendasar anak-anak yang mengalami gangguan motorik dapat digolongkan ke dalam tiga katagori yaitu; 1) Spina bifina, 2) Cerebal palcy 3) developmental coordination disorder.3



B.     Epidemiologi
Prevalensi gangguan koordinasi motorik tidak diketahui tetapi diperkirakan sekitar 6% dari anak usia sekolah. Rasio laki-laki terhadap perempuan juga tidak diketahui, tetapi lebih banyak anak laki-laki yang memiliki gangguan koordinasi motorik dibandingkan anak perempuan.Laporan dalam literatur menyebutkan rasio laki-laki berbanding perempuan terentang dari 2:1 sampai sebesar 4:1.4
Seorang anak dapat mengalami keterlambatan perkembangan di hanya satu ranah perkembangan saja, atau dapat pula di lebih dari satu ranah perkembangan.Keterlambatan perkembangan umum atau global developmental delay merupakan keadaan keterlambatan perkembangan yang bermakna pada dua atau lebih ranah perkembangan.Secara garis besar, ranah perkembangan anak terdiri atas motor kasar, motor halus, bahasa / bicara, dan personal sosial / kemandirian.Sekitar 5 hingga 10% anak diperkirakan mengalami keterlambatan perkembangan. Data angka kejadian keterlambatan perkembangan umum belum diketahui dengan pasti, namun diperkirakan sekitar 1-3% anak di bawah usia 5 tahun mengalami keterlambatan perkembangan umum.1

C.     Etiologi
Penyebab gangguan koordinasi motorik tidak diketahui, tetapi hipotesis adalah termasuk penyebab organik dan perkembangan.Faktor resikonya adalah prematuritas, hipoksia, malnutrisi perinatal, dan berat badan lahir rendah. Kelainan neurokimiawi dan lesi lobus parietalis juga telah diajukan berperan dalam defisit koordinasi .4
Gangguan koordinasi motorik dan gangguan komunikasi memiliki hubungan yang kuat, walaupun agen penyebab spesifik tidak diketahui untuk keduanya.Masalah koordinasi juga lebih sering dibandingkan biasanya pada anak-anak dengan perilaku impulsif dan berbagai gangguan belajar. Gangguan koordinasi motorik kemungkinan memiliki penyebab yang multifaktoral .4
Penyebab keterlambatan perkembangan umum antara lain gangguan genetik atau kromosom seperti sindrom Down; gangguan atau infeksi susunan  saraf seperti palsi serebral atau CP, spina bifida, sindrom Rubella; riwayat bayi risiko tinggi seperti bayi prematur atau kurang bulan, bayi berat lahir rendah, bayi yang mengalami sakit berat pada awal kehidupan sehingga memerlukan perawatan intensif  dan lainnya.5

D.     Faktor resiko
Faktor risiko keterlambatan perkembangan motorik yang dapat diketahui dengan penilaian perkembangan pada bayi meliputi :
Motorik kasar
§  4,5 bulan           : Belum dapat mengontrol kepala
§  5 bulan              : Belum dapat tengkurap bolak-balik
§  7-8 bulan           : Belum duduk tanpa bantuan
§  9-10 bulan         : Tidak dapat berdiri berpegangan
§  15 bulan            : Belum berjalan
§  2 tahun              : Tidak mampu naik atau turun tangga

Motorik halus
§  3,5 bulan           : Tangan tetap terkepal
§  4-5 bulan           : Tidak mampu memegang mainan
§  7 bulan              : Tidak mampu memegang benda pada setiap tangan
§  10-11 bulan       : Tidak mampu menyumput benda kecil
§  15 bulan            : Tidak dapat memasukkan atau mengambil benda
§  20 bulan            : Tidak dapat membuka kaos kaki atau sarung tangan sendiri
§  24 bulan            : Tidak dapat menyusun 5 balok.1



E.     Macam-macam penyakit yang dapat menyebabkan Gangguan perkembangan Motorik
a)   Spina Bifina
Spina bifina merupakan suatu pembentukan yang salah dari stuktur tulangbelakang (spina) yang disebabkan oleh penutupan yang kurang baik dari satu atau lebihruas tulang belakang (vertebrata) yang dikenal dengan nama sumbing tulang belakangatau pembelahan tulang belakang. Kondisi sumbing tulang belakang yang tidakmengakibatkan secara serius dinamakan sumbing tulang belakang samar (spinal bifidaocculta). Sumbing tulang belakang kista ( spina bifida cysta) merupakan kelanjutan darikondisi spinal bifida occulta, yaitu suatu kondisi yang menggambarkan adanyapenutupan dari saluran spina melalui celah ruas tulang yang tidak normal. Ada duabentuk dari spina bifida cysta; Pertama; yang disebut meningokel (meningocele) yaitu suatu keadaan dimana penutupan tali spinal nampak menonjol.Kedua; yang disebutmeilomeningokel (myelo-meningocele).Suatu keadaan bilamana penutupan spinalterjadi pada tali spinal, dan akar syaraf menonjol.6

Gambar. Bentuk spina bifida.7
Hasil penelitian kondisi kelainan tulang tersebut diperkirakan 1 dari 350 anaklahir dengan salah satu bentuk spina bifina dan kiri-kira ada 50.000 anak-anak usia sekolah yang memiliki salah satu bentuk dari kondisi tersebut (French and Jansma: 1982).8
Penyebab khusus dari Spina bifida tidak diketahui. Nampaknya bahwa adakombinasi faktor keturunan dan lingkungan yang mungkin meningkatkan resiko dari sumbing tulang belakang, tetapi tidak ada satu faktor secara langsung dapat diidentifikasi.9
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki hambatan miomeningkol cenderung menunjukan kondisi hidrosefali. Di mana anak ini akanmeperlihatkan ketidak seimbangan di dalam memproduksi cairan cerebrospinal dalam tengkorak dan pengaliran cairan ke dalam sistem peredaran darah melalui permukaan otak. Jika kondisi ini dibiarkan, maka akan menyebabkan terjadinya gangguan mental atau kematian yang cepat.9
Banyak anak yang mengalami hambatan mielomeningokel mempunyai masalah dalam perhatian yang sekaligus akan mengganggu aktivitas gerak seperti; menangkap danmelempar bola, koordinasi gerak (visual-motor) seperti dalam melakukan koordinasi gerak mata-tangan misalnya sering muncul pada anak yang mengalami gangguan mielomeningokel.9
b)   Cerebral Palcy
Dilihat dari makna kata sesungguhnya kata Cerebral Palsy terdiri atas dua yaitu cerebral dan palsy. Kata cerebral diambil dari kata cerebellum yang berarti otak dan kata palsy yang berarti kekakuan. Jadi menurut arti katanya Cerebral Palsy menunjuk kepada kekakuan yang disebabkan karena adanya gangguan yang terletak di dalam otak . Berkenaan dengan pengertian itu (Bax :1994) menjelaskan bahwacerebal palsy digambarkan sebagai gangguan gerak dan postur yang disebabkan oleh kerusakan permanent tetapi nonprogresif pada otak Kondisi cerebral palsy memiliki derajat tertentu dari yang ringan hingga yang berat tergantung pada hebat tidaknya kerusakan yang terjadi pada otak. Jika kerusakan pada otak itu cukup meluas sehinga menimbulkan kerusakan pada bagaian lain yaitu pusat dan fungsi pancaindra, maka gangguan itu akan menyertai pula pada gangguan yang menyebar luas pada fungsi sensoris seperti; penglihatan, pendengaran, bicara bahkan masuk kepada wilayah kecerdasan, akan tetapi dapat juga terjadi hanya menyangkut gangguan gerak dan tidak menyerang fungsi yang lain.10
Berkenaan dengan hal ini (Bax:1994) menjelaskan bahwa Cerebal palsy biasanya disertai oleh kombinasi kesulitan lainnya misalnya; penglihatan, pendengaran, berbicara dan kemampuan kecerdasan. Oleh karena itu sekalipun ada dua orang anak didiagnosisi sebagai anak yang memiliki cerebal palcy akan memiliki perbedaan yang besar diantara keduanya. Hal ini menyebakan timbulnya kesulitan untuk menemukan kesimpulan tentang dampak dari gangguan motorik (cerebral palsy) terhadap perkembangan anak.10
Namun demikian secara umum dapat diidentifikasi dan didefinisikan beberapa tipe hambatan yang ditimbulkan oleh gangguan motorik ini (cerebal palsy).¾ dari anak daricerebral palsy mengalami gerakan spastic (spastic movement), athetosis, ataxia, rigidity dan tremor.
Cerebral palsy dengan gangguan spastic menunjuk kepada suatu kondisi yang disebabkan oleh kegagalan otot dalam melakukan releksasi sehingga gerakan-gerakanmereka menjadi kaku. Cara berjalan yang menyilang (scissor gait) sehingga aktivitas berjalan dilakukan pada ujung jari; kaki mengarah ketengah, kedua lutut tertekuk dan hamper beradu, punggung , sikut dan pergelangan tangang tertekuk; lengan bawah terputar ke kekanan.
Cerebral palsy dengan gangguan athetosis, sering menunjukkan aktivitas sepertimenggeliat secara berlebihan dan tanpa tujuan dan diluar kehendak dirinya. Berlawanan dengan spastic, individu ini bergerak terlalu banyak ; menunjukkan tonus otot yang rendah (hypotonus), ia juga memiliki kecenderungan untuk mengeluarkan air liur, pungggung yang bengkung.
Cerebral palsy dengan gangguan ataxia, menunjukkan gangguan dalam keseimbnagan dan kenestesis yang kurang, mengalami hambatan di dalam kesadaran akan ruang. Kondisi anak seperti ini biasanya diperoleh setelah lahir.
Cerebral palsy dengan gangguan rigidity, menunjuk kepada kekakuan tonus otot agonis dan antagonis yang cenderung membekukan gerak dan berlawanan dengan spastic, ia memiliki elastis otot yang minim dan hampir tidak memiliki reflek.
Cerebral palsy dengan gangguan tremor, memiliki gerak yang kuat dan takterkontrol.Jadi berlawanan dengan mereka yang mengalami gangguan athetosis.Namun demikian Individu ini biasanya tidak terlalu mengalami kesulitan berarti dibandingkan kondisi cerebral palsy lainnya.10
Cerebral Palsy sebetulnya dapat mempengaruhi satu atau lebih bagian tubuh sehingga seringkali dikelompokkan berdasarkan topografik atau anatomik. Tipe tersebut mencakup apa yang disebut dengan :
§  hemiplegia ( kelumpuhan padaa satu sisi tubuh ; lengan dan tungkai,
§  paraplegia; kelumpuhan yang diderita pada kedua tungkai,
§  dipligia; (kelumpuhan pada kedua kaki dan sedikit mengalami kelumpuhan pada lengan,
§  Quadriplegia ( kelumpuhan pada semua anggota badan),
§  triplegia 9 kelumpuhan pada tiga anggota badan), dan
§  monoplegia (kelumpuhan pada satu anggota badan).10
c)   Developmental coordination disorder
Anak yang mengalami gangguan koordinasi gerak (developmental coordination  disorder) adalah anak yang mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari    yang memerlukan keterampilan-keterampilan gerak tertentu dan koordinasi gerak seperti;  menalikan tali sepatu, mengancingkan kancing baju, menangkan dan melempar bola,    kesulitan menggunting dan memotong dengan menggunakan pisau, mengendaria sepeda,      melakukan kegiatan olah raga dan menulis. Kondisi seperti ini sulit dijelaskan dari sudut pandang neorologis atau kondisi medis dan biasanya kesulitan seperti ini berlangsung sampai usia remaja.11
Akan tetapi kesulitan dalam menjelaskankondisi ini dilihat dari aspek neorologisdipertanyakan oleh Jongmans, Mercuri, Dubowizt, dan Henderson (1998)     yang menemukan secara signifikan bahwa anak-anak yang berusia 6 tahun ke atas yang       memiliki kesulitan dalam koordinasi gerak memiliki abnormalitas pada fungsi otak.  Anak-anak yang mempunyai hambatan seperti koordinasi gerak diberi label denganistilah yang beragam seperti misalnya; Clumcy Child syndrome, developmental disfraxia, Developmental apraxia dan agnosiam perceptual motor dusfungtion, sensory integrative disfungtion, namun demikian pada tahun 1994 telah disepakati bahwa keragaman istilah sebagaimana diuraikan di atas dapat disederhanakan dalam satu istilah yang disebut dengan developmental coordination disorder (gangguan koordinasi gerak). Meskipun sampai saat ini mesih terjadi perdebatan tentang apakah terdapat perbedaan antara anak yangmenga,lami gangguan koordinasi gerajk dengan istilah-istilah yang beragam sebagaimana yang di sebutkan di atas.12
Terdapat kesepakatan bahwa anak-anak dengan gangguan DCD bersifat heterogen, (Dewey dan Kaplan 1994) menjelaskan bahwa terdapat tiga kelompok anak yangdikatagorikan sebagai DCD yaitu;
§  Kesulitan keseimbangan
§  Kesulitan koordinasi
§  Mengalami kesulitan dalam kegiatan sehari-hari seperti menyisir rambut, menulis,merencanakan gerak pada kegiatan yang berurutan dan kesulitan dalam hampir semuabidang.13
Kesulitan koordinasi gerak pada anak yang mengalami DCD biasanya sulit diidentifikasi sebelum usia empat/lima tahun. Hal ini deisebabkan karena belum ada kesepakatan dalam menentukan kriteria untuk mengetahui DCD sehingga belum ada tes yang dapat digunakan untuk dapat mengetahuinya pada anak di bawah usia 5 tahun. Namun demikian terdapat perkiraan incident DCD yaitu; 500-1000 dari 10.000 anak diduga mengalami DCD.. Sebagai contoh; penelitian yang dilakukanoleh Kadesjo and Gilberg (1999) meneliti lebih dari 400 anak yang berusia 6 s/d 8 tahun yang bertempat tinggal didaerah tertentu di Swedia dan anak-anak ini bersekolah di sekolah biasa. 20 anakl (4,9 %) diindentifikais sebagai anak yang mengalami DCD berat yang didasrkan pada test motorik kasar da motorik halus. Kebanyakan anak dari kelompok ini (18 orang) adalah anak laki-laki Selanjutnya 35 oarang anak (8,6%) diidentifikasi sebagai anak yang mengalami DCD sedang dan 29 dari kelompok ini adalah anak laki-laki. Hampir setengan dari kelompok anak inimenunjukkan gejala ADHD (Attention Deficit and Hyperaktive Disorder) dari tingkat yang berat sampai tingkat yang sedang.. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbandingan antara laki-laki dan perempuan yang mengalami Develompment Coordination Disorder yaitu 5:1.13

F.      Gejala dan tanda Klinis
Gambaran klinis dari masalah koordinasi motorik dinilai dari sudutpandang perkembangan, yaitu dengan mempertimbangkan kemampuan fisik normal pada usia yang berbeda.Evaluasi perkembangan meliputi pertimbangan variasi individu. Mengevaluasi pengembangan keseluruhan anak, mempertimbangkan karakteristik dan gaya kekuatan dan kelemahan masing-masing anak.4
Manifestasi pada bayi
          Bayi dengan kesulitan pada fungsi motorik mungkin muncul hipertonikatau hipotonik. Jika bayi bereaksi keras pada setiap pendengaranringan atau rangsangan visual dengan menjadi kaku atau denganmelengkungkan punggungnya, ini adalah tanda hipertonus danhiperreaktivitas. Bayi muda mempertahankan tonus fleksor dalambeberapa bulan pertama kehidupan dan hanya secara bertahapmengembangkan pola ekstensi. Ketika orang tua melaporkan bahwabayi mereka kuat (yaitu, otot-otot keras dan tegang muncul), jikarefleks primitif (misalnya, Moro, plantar, atau refleks rooting) bertahansetelah 6 atau 7 bulan, keprihatinan tentang perkembangan motoric dibenarkan. Salah satu tanda tunggal mungkin tidak signifikan, namunketekunan refleks primitif harus mendatangkan beberapa pemeriksaanpenuh fungsi motorik secara keseluruhan.Data anekdotal menunjukkan bahwa bayi dalam beberapa kelompokras, misalnya Afrika ,Amerika, umumnya mencapai keterampilanmotorik kasar lebih cepat daripada anak-anak dari kelompok raslainnya. Ketika bayi kecil muncul hampir siap untuk berjalan pada usiabeberapa bulan, ini adalah tanda untuk perhatian. Bayi yang bergeraksebagai seluruh unit tanpa mengoreksi sudut kepala menuju garisvertikal saat dipegang samping mungkin memiliki masalahperkembangan motorik.
          Bayi dengan tantangan bermotor sering tertunda dalam mencapaiPerkembangannya seperti kemampuan untuk berguling, duduk dengan bantuan,dan duduk tanpa bantuan. Bayi dengan masalah motor mungkin tidakmampu mempertahankan berat badan mereka setelah 6 bulan biladidukung di bawah lengan mereka.
          Pada sekitar usia 4 bulan, bayi dapat mulai mengantisipasi pergerakanbenda-benda, menunjukkan perkembangan visuomotor awal. Padasekitar usia 6 bulan, mereka biasanya dapat menentang ibu jari dalamgerakan menggenggam.
          Pada usia 9 bulan, sambil duduk dengan sendirinya, bayi harus bisamengoreksi diri postur saat miring ke 1 sisi atau sisi lainnya, bukanhanya menjadi terbalik.
          Jika bayi tidak dapat duduk dengan bantuan atau dirinya sendiri pada usia 9bulan, kekurangan ini harus diperhatian oleh pemeriksaan dokterdengan rinci dan cepat.
          Bayi yang berdiri dan yang selalu menunjuk ke bawah dengan jari-jarikaki mereka juga mungkin menandakan hipertonus pada tungkaibawah (atau hipertonus umum) dan sensitivitas tinggi untukmenyentuh di permukaan plantar kaki. Bayi ini kemudian dapatberjalan berjinjit.
Manifestasi pada tahun kedua dan ketiga dari kehidupan
          Kesulitan dalam fungsi motorik halus pada anak-anak di tahun-tahunawal mungkin sulit untuk diidentifikasi. Misalnya, balita yangmemiliki deficit keterampilan motorik halus tidak dapat menerimamakanan yang membutuhkan kemampuan mengunyah yang lebihbesar. Makan makanan padat membutuhkan fungsi terkoordinasisekitar 31 pasang otot dan koordinasi bernapas dengan menelan daribolus tersebut. Balita yang tidak makan makanan padat mungkinmenampilkan penanda tantangan motor yang mungkin melampauimengunyah. Hal ini juga berlaku untuk balita yang berulang kalitersedak makanan saat mengunyah.
          Anak-anak mungkin memiliki kesulitan dalam kemampuan untukmembuat pemahaman untuk mengambil benda kecil dengan jaritelunjuk dan jempol. Hal ini dapat diuji dengan membiarkan anak-anakuntuk mengambil sebuah benda kecil dari permukaan yang datar,seperti sepotong sereal sarapan. Bayi dapat terus berusaha untukmengambil benda-benda dengan pemahaman palmar (yaitu, denganpermukaan anterior seluruh tangan). Jika demikian, mereka harusdiamati untuk keterlambatan motorik halus.
          Pada akhir tahun pertama kehidupan, sebagian besar bayi mulaimembuat upaya untuk berjalan sambil berpegangan pada furnitur danmengambil langkah-langkah pertama mereka tak lama kemudian. Bayiyang tidak dapat berjalan setelah umur 18 bulan mungkin memilikihypotonicity atau hypertonicity, kekuatan otot yang buruk ataukoordinasi, dan kesulitan dengan mengelola, keseimbangan, danpostur. Dalam sebuah studi tahun 1990 oleh Bax et al, kebanyakananak yang tidak berjalan pada usia 18 bulan ternyata menjadi sehat,namun sebagian kecil mengalami kesulitan motorik, termasuk cerebralpalsy dan keterlambatan perkembangan lainnya.
          Kemampuan untuk berjalan sangat tergantung pada kemampuan untukmenjaga keseimbangan dan tidak jatuh. Berjalan membutuhkan lebihdaripada kekuatan otot belaka untuk mendukung berat tubuh . Faktor-faktorlain yang terlibat dalam onset berjalan termasuk gayatemperamen, kesempatan, dan faktor motivasi.Manifestasi di prasekolah dan anak usia sekolahPada usia 3-5 tahun, banyak keterampilan yang diperoleh dandisempurnakan dengan paparan kegiatan dan permainan yangmembutuhkan motorik berlatih. Anak-anak jelas bervariasi dalamkecepatan perkembangan mereka.
          Pada usia 4-5 tahun, kebanyakan anak telah mengembangkanpreferensi tangan yang jelas atau dominasi. Dalam beberapa kasus,keterampilan tangan yang benar kemampuan untuk benar-benarmelakukan tugas dengan baik dengan kedua tangan.
          Tanda lain yang menjadi perhatian adalah kesulitan dalam memegangpensil. Kekhawatiran muncul pada anak yang memiliki kesempatanpraktek dan yang masih tidak bisa memegang pensil dengan polamatang.
          Banyak pakar berpikir bahwa kesulitan dalam keterampilan motoric halus (yaitu, dalam mengelola jari dan pergelangan tangan) lebihmerupakan refleksi dari rusak di daerah proksimal tungkai atasdaripada di daerah lain. Anak-anak mungkin tidak dapat menanganipena, krayon, atau pensil. Ini dianggap sebagai cara yang matang danefisien untuk menangani tugas-tugas menulis. Selama kegiatan itu,hanya pergelangan tangan bergerak bersama, sementara sendi lain diekstremitas atas tetap. Namun demikian, ketika bahu lemah, anak-anakkompensasi ketika mereka harus menggunakan bagian distalekstremitas atas (jari, tangan). Alih-alih menggunakan pergelangantangan untuk menulis, anak-anak harus memindahkan seluruhekstremitas atas untuk menulis.1
Tanda klinis yang mengarahkan adanya gangguan koordinasi motoric terlihat paling awal pada masa bayi, saat anak yang terkena mulai berusaha melakukan tindakan yang memerlukan koordinasi motorik.Gambaran klinis yang penting adalah gangguan kinerja anak yang jelas terganggupada koordinasi motorik. Kesulitan dalam motorik mungkin bervariasi menurut umur dan stadium perkembangan anak .14
Pada masa bayi dan masa anak-anak awal gangguan mungkinbermanifestasi sebagai keterlambatan kejadian perkembangan normal,seperti berputar, merangkak, duduk, berdiri, berjalan, mengancingkan baju, dan mengunci retsleting celana.Antara umur 2 dan 4 tahun, kecanggungan tampak pada hampir semua aktivitas yang memerlukan koordinasi motorik. Anak yang terkena tidak dapat memegang benda, dan mereka mudah menjatuhkannya; gaya berjalan mereka tidak mantap; mereka sering kali tersandung pada kakinya sendiri; dan mereka mungkin menabrak anak-anak lain saat berusaha mendekati mereka.14
Pada anak yang lebih besar ganguan koordinasi mototrik mugkin terlihat dalam permainan di meja, seperti mencocokkan kepingan gambar atau membangun balok, dan pada tiap jenis permainan bola.Walaupun tidak ada ciri spesifik yang patognomonik untuk gangguan koordinasi motorik, kejadian perkembangan sering kali terlambat.Banyak anak dengan ganguan juga memiliki gangguan bicara. Anak yang lebih tua mungkin juga memiliki masalah kesulitan sekolah sekunder, termasuk masalah perilaku dan emosional, yang memerlukan intervensi terapeutik yang tepat.14
F. Penegakkan diagnosa
Diagnosa gangguan koordinasi motorik memerlukan riwayat tentangperilaku motorik awal anak, termasuk pengamatan langsung aktivitas motorik. Skrining informal untuk gangguan koordinasi motorik dapat dilakukan dengan meminta anak melakukan pekerjaan yang melibatkan koordinasi motorik kasar (melompat, meloncat, dan berdiri pada satu tungkai), koordinasi motorik halus (menjentikkan jari dan mengikat tali sepatu), dan koordinasi mata dan tangan (menangkap bola dan meniru tulisan).14
Diagnosa didukung oleh skor subtes kinerja yang lebih rendah darinormal dari tes kecerdasan baku da oleh skor subtes verbal yang normal atau di atas normal. Tes khusus koordinasi motorik dapat berguna, seperti Bender Gestalt Visual Motor Test, Frostig Movement Skills Test Battery, dan Bruininks Oseretsky Test of Motor Proficiency.14
The Bender Gestalt Visual Motor test digunakan untuk menilai penggabungan visual-motorik dan keterampilan pemahaman visual ( apakah kedua mata dan salah satu bagian otak berhubungan dengan penyampaian daya lihat dengan tepat). Test ini terdiri dari sembilan tes yang harus diikuti.14
Bruininks-Oseretsky Test of Motor Proficiency (BOTMP) untuk menilai keterampilan motorik halus maupun kasar pada anak yang beusia4 sampai 14 tahun. BOTMP terbagi dalam 8 sub bagian, termasuk kemampuan untuk berlari dan ketangkasan umum, bagaimana seorang anak dapat mempertahankan keseimbangan dan koordinasi dari pergerakan bilateral. Tes ini sering disukai oleh anak-anak karena serupa dengan aktivitas pada masa anak-anak (melempar atau menangkap bola, berlari, melakukan push up). Tes ini paling banyak digunakan untuk menilai kemampuan motorik, dan dapat digunakan dalam cakupan yang luas pada anak-anak, dari kemampuan tubuh hingga rintangan fisik yang berat.1,4
G.    Skrining Perkembangan
Diagnosa juga dapat ditegakkan berdasarkan skrining perkembangan dengan memakai denver developmental screening test II (DDST II) , bayley Infan Neurodevelopmental Screening (BINS) , muenchener, KPSP, dan kartu menuju sehat (KMS).15
Skrining perkembangan DENVER II
Skrining perkembangan yang banyak digunakan oleh profesi kesehatan adalah Denver II, antara lainkarena mempunyai rentang usia yang cukup lebar (mulaibayi baru lahir sampai umur 6 tahun), mencakup semuaaspek perkembangan dengan realiability cukup tinggi(interrates reability = 0.99, test-retest reability = 0.90).13,20Sampai tahun 1990 metode ini telah digunakan lebih dari 54 negara dan telah dimodifikasi lebih dari 15 negara (Frankenburgh dkk, 1990). Walaupun secara eksplisit metode ini untuk mendeteksi 4 aspek perkembangan, tetapi di dalamnya sebenarnya terdapat aspek-aspek lain sebagai berikut:16
          Gerak kasar
          Gerak halus (di dalamnya terdapat aspek koordinasi mata dan tangan, manipulasi benda-benda kecil, pemecahan masalah ),
          Berbahasa (di dalamnya terdapat juga aspek pendengaran, penglihatan dan pemahaman, komunikasi verbal),
          Personal sosial (di dalamnya terdapat juga aspek penglihatan, pendengaran, komunikasi, gerak halus dan kemandirian).
Uji Denver membutuhkan waktu cukup lama sekitar 30-45 menit. Kesimpulan hasil skrining Denver II hanya menyatakan bahwa balita tersebut: normal atau dicurigai ada gangguan tumbuh kembang pada aspek tertentu. Normal, jika ia dapat melakukansemua kemampuan (atau berdasarkan laporan orangtuanya) pada semua persentil yang masuk dalamgaris umurnya. Walaupun ada 1 ketidakmampuan atau menolak melakukan pada persentil 75-90 masih dianggap normal. Dicurigai ada gangguan tumbuh kembang jika ada 1 atau lebih ketidakmampuan pada persentil > 90, atau 2 (atau lebih) ketidakmampuan/ menolak pada persentil 75-90 yang masuk garis umurnya.21 Selain itu di dalam Denver II ada bagian terpisah untuk menilai perilaku anak secara sekilas. Tetapi Denver II tidak mampu mendeteksi gangguan emosional,atau gangguan-gangguan ringan. Tidak ada metoda skrining yang sempurna.17

Untuk mengidentifikasi bayi berusia 3-24 bulan yang mengalami keterlembatan tumbuh kembang atau mengalami gangguan neurologis. Aspek perkembangan yang diuji oleh BINS meliputi :
·         Fungsi neurologis dasar : Mengukur kelengkapan perkembangan sistim saraf pusat.
·         Fungsi penerimaan atau reseptif
·         Fungsi ekspresif
·         Fungsi pengertian (kognitif)
Dalam format pencatatan hasil skor total bayi disesuaikan dengan distribusi skor yang disesuaikan usia kronologis bayi. Setiap usia memiliki titik potong yang terbagi dalam 3 klasifikasi yang mengindikasikan besarnya resiko untuk terjadinya keterlambatab dalam perkembangan atau gangguan neurologis, : resiko rendah, resiko sedang, dan resiko tinggi. Tindak lanjut dari hasil penilaian BINS adalah sebagi berikut :
·         Resiko rendah
Dianggap memiliki resiko minimal atau tidak memiliki resiko terjadinya hambatan perkembangan.Walaupun demikian, tetap harus diingat adanya variabel yang tidak dapat diukur oleh BINS namun dapat mempengaruhi perkembangan, misalnya faktor lingkungan.
·         Resiko Sedang
Direkomendasikan uji BINS sekitar 3 bulan yang akan datang. Selama itu orang tua diberi petunjuk untuk memberi stimulasi sebagai latihan perkembangan anak.Bila dari pemeriksaan selanjutnya didapatkan adanya keterlambatan maka kita jarus melakukan pemeriksaan lain untuk mendiagnosis penyebab keterlambatan perkembangan.
·         Resiko tinggi
Dibutuhkan uji diagnostik lebih lanjut.18
Muenchener
Tujuan utama untuk mendeteksi keterlambatan dalam perkembangan dengan cara mengukur tahap perkembangan bidang fungís tertentu. Digunakan untuk usia 0-3 tahun. Aspek perkembangan yang dinilai antara lain :
-          Usia 0-12 bulan : merangkak, duduk, berjalan, memegang, persepsi, berbicara, pengertian bahasa, sosialisasi
-          Usia 1-2 tahun : pengertian berbahasa, berbicara, persepsi, keterampilan tangan, berjalan.
Penafsiran hasil pemeriksaan :
Yang pertama diperhatikan, apakah grafik tadi menunjukkan penyimpangan yang negatif (usia perkembangan dalam bidang tertentu berada di bawah usia kronologis).18
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
Kuesioner ini diterjemahkan dan dimodifikasi dari Denver Prescreening Developmental Questionnaire(PDQ) oleh tim Depkes RI yang terdiri dari beberapadokter spesialis anak, psikiater anak, neurolog, THT,mata dan lain-lain pada tahun 1986.12 Kuesioner iniuntuk skrining pendahuluan bayi umur 3 bulan sampai anak umur 6 tahun yang dilakukan oleh orangtua. Setiap umur tertentu ada 10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan anak, yang harus diisi (atau dijawab) oleh orangtua dengan ya atau tidak, sehingga hanya membutuhkan waktu 10-15 menit (lihat lampiran).22 Jika jawaban ya sebanyak 6 atau kurang maka anak dicurigai ada gangguan perkembangan dan perlu dirujuk, atau dilakukan skrining dengan Denver II.Jika jawaban ya sebanyak 7-8, perlu diperiksa ulang 1 minggu kemudian. Jika jawaban ya 9-10, anak dianggap tidak ada gangguan, tetapi pada umur berikutnya sebaiknya dilakukan KPSP lagi.19
Untuk memperluas jangkauan skrining perkembangan Frankenburg dkk,. (1990) menganjurkan agar lebih banyak menggunakan PDQ, karena mudah, cepat, murah dan dapat dikerjakan sendiri oleh orangtua atau dibacakan oleh orang lain (misalnya paramedis atau kader kesehatan).20 Jika dengan PDQ dicurigai ada gangguan perkembangan, anak tersebut dirujuk untuk dilakukan skrining dengan Denver II yang lebih rumit, lama dan harus dilakukan oleh tenaga terlatih.13 Kuesioner ini sampai sekarang masih dianjurkan oleh Depkes untuk digunakan di tingkat pelayanan kesehatan primer (dokter keluarga,Puskesmas) sering disebut sebagai ‘buku hijau’ berjudul Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita Depkes RI 1994 yang telah diuji coba di beberapa propinsi, tetapi tampaknya jarang dimanfaatkan. Bahkan beberapa dokter Puskemas tidak tahu adanya buku tersebut, atau tidak tahu cara penggunaannya karena tidak pernah diajarkan.19
KARTU MENUJU SEHAT (KMS)
            Suatu kartu yang digunakan untuk mencatat berat badan bayi dan anak balita, setiap kali ditimbang secara teratur pada tiap-tiap bulan.Berat badan dicantumkan dalam KMS dalam bentuk titik (.), disebut titik berat badan. Titik-titik tersebut dirangkai sehingga membentuk grafik yang menunjukkan pertumbuhan anak tersebut.20
KEGUNAAN
o   Mengngontrol pertumbuhan berat badan anak.
o   Digunakan sebagai alat untuk mengetahui keadaan kesehatan anak.
o   Dipakai sebagai alat untuk mengetahui keadaan gizi anak.
CARA PENGISIAN
o   Pada penimbangan pertama, pengisian kolom identitas dan kolom bulanpada kolom tersedia.
o   Catat semua kejadian yang dialami atau diderita (sakit, imunisasi,pemberian vit A dosis tinggi).
o   Hasil penimbangan pertama diberi titik pada batas garis tegak (pada bulandimana anak saat itu menimbang) dengan garis datar.
o   4. Penimbangan selanjutnya seperti no. 3 dan titik-titik pada tiap bulan bila
CARA MEMBACA
o   Garis yang menghubungkan titik satu ke yang lain apakah mengikuti satu warna atau pindah kewarna yang lebih tua.
o   Bila garis yang menghubungkan titik-titik tersebut pindah kewarna yang lebih tua berarti berat badan anak naik.
o   Bila garis yang dibuat menurun, tetap atau bertambah tetapi pindah ke pita warna yang muda berarti berat badan anak tidak naik.20
Tabel 1
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Koordinasi Perkembangan
A

Kinerja dalam aktivitas sehari-hari yang memerlukan
koordinasi motorik adalah secara bermakna di bawah yang
diharapkan menurut usia kronologis pasien dan inteligensia
yang terukur. Hal ini dapat bermanifestasi dengan
keterlambatan yang nyata dalam pencapaian kejadian
motorik (berjalan, merangkak, duduk), menjatuhkan barangbarang,
“kecanggungan”, prestasi buruk dalam olahraga, atau
tulisan tangan yang buruk
B

Gangguan dalam kriteria A secara bermakna mengganggu
pencapaian akademik atau aktivitas hidup sehari-hari
C
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Koordinasi Perkembangan
Gangguan bukan karena kondisi medis umum (palsi serebral,
hemiplegia, atau distrofi otot) dan tidak memenuhi kriteria
untuk gangguan perkembangan pervasif
D
Jika terdapat retardasi mental, kesulitan motorik adalah13
melebihi dari apa yang biasa menyertainya

Catatan penulisan: jika terdapat kondisi medis umum
(neurologis) atau defisit sensorik, tuliskan kondisi tersebut
pada Aksis III.
(Dikutip dari American Psychiatric Association, Washington, 1994)

H.    Terapi
Secara khusus seorang dokter akan mencoba untuk memastikanmasalah yang dialami seorang anak dalam kebiasaannya secara keseluruhan dan kemudian merencanakan intervensi untuk mengembangkan fungsi adaptif secara optimal atau kemahiran dari keterampilan yang terbelakang atau perbaikan dari kesulitan berkoordinasi.4
Terapi gangguan koordinasi motorik termasuk latihan motorikperseptual, teknik latihan neurofisiologis untuk disfungsi motorik, dan pendidikan fisik yang termodifikasi.Teknik Montessori mungkin berguna bagi banyak anak prasekolah, karena menekankan perkembangan keterampilan motorik.Tidak ada latihan atau metode latihan tunggal yang tampaknya lebih menguntungkan atau efektif dibandingkan yang lainnya.Masalah perilaku atau emosional sekunder dan gangguan komunikasi yang terjadi bersamaan harus ditangani dengan metoda terapi yang sesuai.14
Tidak ada penelitian skala besar yang telah melaporkan efek terapi,walaupun penelitian kecil telah menyatakan bahwa latihan dalam koordinasi ritmik, mempraktekkan gerakan motorik, dan belajar menggunakan mesin ketik semuanya adalah berguna.14
Konseling parental membantu menurunkan kecemasan dan ras bersalah pada orangtua terhadap gangguan anak dan meningkatkan kesadaran mereka, yang memberikan keyakinan bagi mereka untuk membantu anak.14
I.       Prognosis
Jika tidak ditangani, anak-anak dengan gangguan koordinasi motoric cenderung memiliki gejala yang bertahan pada masa remaja hingga masa dewasa.4
Pada kasus berat yang tetap tidak terobati, pasien mungkin memilikisejumlah komplikasi sekunder, seperti kegagalan berulang pada pekerjaan akademik dan nonakademik di sekolah, masalah berulang dalam berusaha bergabung dengan kelompok teman sebaya, dan ketidakmampuan bermain dan berolahraga.Masalah tersebut dapat menyebabkan harga diri yang rendah, kesedihan, menarik diri, dan pada beberapa kasus meningkatnya masalah perilaku yang parah sebagai reaksi terhadap frustasi yang ditimbulkan oleh gangguan.Semua tingkat fungsi adaptif dapat diharapkan pada anak-anak. Ciri penyerta yang sering adalah keterlambatan kejadian nonmotorik, gangguan bahasa ekspresif, dan gangguan bahasa reseptif/ekspresif campuran .14




BAB III
Ringkasan

Gangguan keterampilan motorik adalah semua gangguan yangditandai dengan perkembangan koordinasi motorik yang tidak adekuat yang cukup berat sehingga membatasi gerakan atau menahan kemampuan melakukan tugas, pekerjaan sekolah, atau aktivitas lain yang termasuk dalam gangguan ini adalah gangguan koordinasi perkembangan atau Development Coordination Disorder (DCD).
Penyebab keterlambatan perkembangan umum  antara lain gangguan genetik atau kromosom seperti sindrom Down; gangguan atau infeksi susunan  saraf seperti palsi serebral atau CP, spina bifida, sindrom Rubella; riwayat bayi risiko tinggi seperti bayi prematur atau kurang bulan, bayi berat lahir rendah, bayi yang mengalami sakit berat pada awal kehidupan sehingga memerlukan perawatan intensif  dan lainnya
Tanda klinis yang mengarahkan adanya gangguan koordinasi motoric terlihat paling awal pada masa bayi, saat anak yang terkena mulai berusaha melakukan tindakan yang memerlukan koordinasi motorik.Gambaran klinis yang penting adalah gangguan kinerja anak yang jelas terganggua pada koordinasi motorik.Kesulitan dalam motorik mungkin bervariasi menurut umur dan stadium perkembangan anak.
Terapi gangguan koordinasi motorik termasuk latihan motorikperseptual, teknik latihan neurofisiologis untuk disfungsi motorik, dan pendidikan fisik yang termodifikasi.

DAFTAR PUSTAKA
1.      Ikatan Dokter Anak Indonesia. Keterlambatan Perkembangan Pada Anak [homepage on the Internet]. Nodate [cited 2015 Feb 22]. Available from http://idai.or.id/public-articles/seputar-kesehatan-anak/mengenal-keterlambatan-perkembangan-umum-pada-anak.html.
2.      Barkoukis A. Disorders of Childhood: Motor Skills Disorders [homepage on the Internet]. 2008 [cited 2015 Feb 01]. Available from http://mentalhelp.net/poc/view_doc.php? type=doc&id=14495&cn=37.
3.      Lutan R. Teori Belajar Keterampilan Motorik: Konsep dan Penerapan [Tesis]. Bandung: Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. 2005.
4.      Kaplan, et al. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Psikiatris Klinis Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara. 2002.
5.      Blackman JA. Developmental Screening: Infants, Toddlers, And Preschoolers. Tokyo: Saunders, 1992; p. 617-23.
6.      Appleton PL, Minchom PE, Ellis NC, Eliott. Self Concept Of Young People With Spina Bifida: A population-Based Study. Journal of Developmental Medicine and Child Neurology. 2010;36:198-215.
7.      Gambar Bentuk Spida Bifida [homepage on the Internet]. Nodate [cited 2015 Feb 25]. Available from http://1.bp.blogspot.com /SPINA%2BBIFIDA.gif.
8.      French R, Jansma P. Special Physical Education. Columbus: Charles E. Merrill Publihing Company. 2012.
9.      Anderson EM, Spain B. The Child With Spina Bifida. London: Methuen. 2010.
10.  Bax MCO. Terminology And Classification Of Cerebral Palsy. Journal of Developmental Medicine and Child Neurology. 2010;6:295-7.
11.  Kadesjo B, Gillberg C. Developmental Coordination Disorder In Swedish 7 Year-Old Children. Journal of the American Academy of Child Adolescent Psychiatry. 2011;20:32-9.
12.  Jongmans MJ, Mercuri E, Dubowitz LMS, Henderson SE. Perseptual Motor Difficulties And Their Concomitants In Six-Year-Old Children Born Prematurely. Journal of Human Movement Science. 2005;17:629-53.
13.  Dewey D, Kaplan BJ.  Subtyping Of Development Motor Deficits. Journal of Development Neuropsychology. 2009;10:265-84.
14.  Hawari D. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa [Skripsi]. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2003.
15.  Ikatan Dokter Anak Indonesia. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Edisi 1. Jakarta: Sagung Seto. 2002.
16.  Frankenburg WK, et al. Denver II Technical Manual. Denver: Denver Developmental Materials. 1990. p. 1-20.
17.  Gunawan N. Pedoman deteksi dini tumbuh kembangbalita. Jakarta: Depkes RI. 2004. p. 1-120
18.  Patacy, C. Motor Skills Disorder [homepage on the Internet]. 2010 [cited 2015 Feb 01]. Available from http://emedicine.medscape.com/article/915251.
19.  Frankenburg WK, Dodds J, Archer P. Denver II Training Manual. Denver: Denver Developmental Materials. 1990. p. 1-16.
20.  Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pengunaan KMS [homepage on the Internet]. 2012 [cited 24 Feb 2015]. Available from http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Pedoman-Penggunaan-KMS_SK-Menkes.pdf.



Comments

  1. terima kasih kakak... Hal ini sangat membantu makalah saya di program S2... Semoga barokah

    ReplyDelete
  2. iya sama-sama mbak +endang sulistiya wati
    Semoga S2 nya lancar ya, sukses buat mbak..

    ReplyDelete
  3. Mba saya memiliki anak dengan kelainan motorik halus sekarang usia nya sdh 15 th, saya tinggal di daerah Kaltim, banyak hal yg kami tidak memahami cara penanganan yg baik dan referensi dokter atau fisioterapi yg bagus, mohon diberikan informasi yg berkaitan dengan ini, terima kasih ( Yuli.galuh@gmail.com)

    ReplyDelete
  4. Mba saya memiliki anak dengan kelainan motorik halus sekarang usia nya sdh 15 th, saya tinggal di daerah Kaltim, banyak hal yg kami tidak memahami cara penanganan yg baik dan referensi dokter atau fisioterapi yg bagus, mohon diberikan informasi yg berkaitan dengan ini, terima kasih ( Yuli.galuh@gmail.com)

    ReplyDelete
  5. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pidato Bahasa Inggris Singkat Pramuka: Scout is Always Ahead

KLIK DISINI UNTUK DOWNLOAD FILE WORD “ Scout is Always Ahead” Assalamu’alaikumWr. Wb. Good Morning / afternoon / evening. (liat situasi) The honorable jud g es, and my beloved friends. First of all, lets pray and thanks to our God ALLAH SWT the creator of everything in this universe for giving us a chance to gather in this place. Secondly, may peace and solutation always be given to our beloved prophet Muhammad SAW who has guided us from the darkness to the brightness, from jahiliyah era to the Islamiyah era namely Islamic religion that we love. Thanks for the opportunity that you given to me. In this good occasion, I would like to give a short speech about ‘ Scout is Always Ahead ’. Let us interpret the deeper that scouts should be at the forefront of every life as a pioneer and role model.   Do not even run away and hide if problems come off. We know, today's younger generation is more likely to run away from the problem and avoid the challen

Pidato Bahasa Inggris Singkat Pramuka “The Importance of Scouts Education to Build Nation’s Character”

  “ The Importance of Scouts Education to Build Nation’s Character ” Assalamu’alaikum Wr. Wb. Good Morning. The honorable judges, and my beloved friends. First of all, lets pray and thanks to our God ALLAH SWT the creator of everything in this universe for giving us a chance to gather in this place. Secondly, may peace and solutation always be given to our beloved prophet Muhammad SAW who has guided us from the darkness to the brightness, from jahiliyah era to the Islamiyah era namely Islamic religion that we love. Thanks for the opportunity that has been given to me. In this occasion, I would like to give a short speech about “ The Importance of Scouts Education to Build Nation’s Character ”. Ladies and gentlemans, As we all know, scouts is the only organization that has assigned scouting education for children and young people of Indonesia. It was formed by merging nearly sixty scouting organizations with intentions to be a foundation of the nation’s unity

Sirkuit Kortikal-Ganglia Basalis-Thalamus

BAB I PENDAHULUAN Ganglia basalis yang mengatur kontrol motorik juga terlibat dalam banyak neuronal pathways seperti fungsi emosional, motivasional, assosiatif, dan juga fungsi kognitif. 1 Hubungan antara ganglia basalis dan regio korteks cerebri memperbolehkan koneksi-koneksi yang diorganisasikan menjadi sirkuit tersendiri. Aktivitas neuronal didalam ganglia basalis berhubungan dengan area motorik korteks cerebri dan   parameter pergerakan. 2 Sirkuit kortikal-ganglia basalis-thalamus menjaga organisasi somatotopik neuron yang berhubungan dengan gerakan. Sirkuit ini memperlihatkan subdivisi fungsional dari sirkuit okulomotor, prefrontal dan sirkuit cingulate, yang memainkan peran penting dalam atensi, pembelajaran dan potensiasi aturan behaviour-guiding . Keterlibatan ganglia basalis berhubungan dengan gerakan involunter dan stereotipe atau penghentian gerakan tanpa keterlibatan dari fungsi motorik volunter, seperti pada penyakit Parkinson, penyakit Wilson, progressive supr

Eighth Joint National Committee (JNC 8)

Review: Eighth Joint National Committee (JNC 8) Guideline berbasis bukti untuk manajemen tekanan darah tinggi pada orang dewasa 2014 Hipertensi merupakan kondisi umum yang paling sering ditemukan pada pusat kesehatan primer dan mengarah pada infark miokard, stroke, gagal ginjal, dan kematian bila tidak dideteksi dini dan diterapi secara tepat. Pasien ingin diyakinkan bahwa terapi tekanan darah akan mengurangi beban penyakitnya, sementara dokter menginginkan petunjuk pada manajemen hipertensi menggunakan bukti scientific terbaik. Laporan ini menggunakan pendekatan berbasis bukti yang teliti untuk rekomendasi ambang batas ( threshold ) terapi, target, dan obat-obatan dalam manajemen hipertensi pada orang dewasa. Bukti diambil dari randomized controlled trials , yang mewakili gold standard untuk menentukan efisiensi dan efektivitas. Kualitas bukti dan rekomendasi dinilai berdasarkan efeknya pada hasil yang signifikan. Untuk download file microsoft word yang lebih lengka

Pidato bahasa inggris singkat : National Examination as a dreams destroyer

Speech “National Examinations as dreams destroyer” Good Morning. The honorable teachers, and my beloved friends. Thanks for the opportunity that you given to me. In this chance, I would like to deliver a speech with tittle “ National examination as dreams destroyer”. Ladies and gentlemans, National examination is less than two weeks from now. But there’s always a controversial about that. The big question is “what for?” Do we need a national examination to improve the quality of education? Let’s check it out. For the government, a standardized national test means to control the quality of the schools, so that in the future, all schools in this country can meet the minimum demand of the national standard. This year the passing grade for the national examination is 4.25 of 10 (last year 4.01). For the school, the national examination will determine their prestige on the national stage. For the teachers, the national examination requires them no skills but drilling. For the st

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK TUTORIAL MODUL GANGGUAN HAID: DISMENORE (NYERI HAID)

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK TUTORIAL  MODUL GANGGUAN HAID: DISMENORE (NYERI HAID) Klik disini untuk download file microsoft word. BAB I PENDAHULUAN             Haid atau menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan endometrium (Prawirohardjo, 1999). Menurut Fitria (2007), haid atau menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan perdarahan dan terjadi berulang setiap bulan kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi merupakan masa reproduktif pada kehidupan seorang wanita, dimulai dari menarche sampai terjadinya menopause. Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam reproduksi, pada manusia biasanya terjadi setiap bulan antara usia pubertas dan menopause.             Kelainan-kelainan siklus menstruasi antara lain adalah: Amenore, Dismenore, Menorrhagia, dan PMS. Pada laporan ini kelompo

Patofisiologi pembentukan plaque pada aterosklerosis

Pendahuluan Penyakit kardiovaskular (Cardiovascular disesae/CVD) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas, terutama di negara-negara Barat baru kemudian stroke. Tapi, gejala ini juga mulai nampak di negara-negara berkembang. Mayoritas penyakit kardiovaskular dan stroke terjadi karena komplikasi atherosklerosis. Selama lebih dari 150 tahun, berbagai usaha dilakukan untuk menjelaskan kejadian kompleks di balik terjadinya aterosklerosis. Dan, salah satu hipotesis cukup kuat adalah terjadinya oksidasi yang ikut andil dalam proses aterosklerosis. 1 Data epidemiologi menunjukkan dengan jelas bahwa pada sebagian populasi masyarakat terdapat fenomena peningkatan kadar lipid, yang dikaitkan dengan peningkatan penyakit kardiovaskular dan mortalitas (kematian). Kebanyakan negara maju berhasil menurunkan resiko kardiovaskular melalui promosi kesehatan sehingga terjadi perubahan gaya hidup. Di Indonesia sendiri belum ada data mengenai hal ini. 1 Pengaturan diet makanan saja sebenar

ASD (Atrial Septal Defek)

DEFINISI Atrial Septal Defect (ASD) adalah terdapatnya hubungan antara atrium kanan dengan atrium kiri yang tidak ditutup oleh katup ( Markum, 1991). ASD adalah defek pada sekat yang memisahkan atrium kiri dan kanan. (Sudigdo Sastroasmoro, 1994). ASD adalah penyakit jantung bawaan berupa lubang (defek) pada septum interatrial (sekat antar serambi) yang terjadi karena kegagalan fungsi septum interatrial semasa janin. Defek Septum Atrium (ASD, Atrial Septal Defect) adalah suatu lubang pada dinding (septum) yang memisahkan jantung bagian atas (atrium kiri dan atrium kanan). Kelainan jantung ini mirip seperti VSD, tetapi letak kebocoran di septum antara serambi kiri dan kanan. Kelainan ini menimbulkan keluhan yang lebih ringan dibanding VSD. Atrial Septal Defect adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. Kelainan jantung bawaan yang memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat atrium. Defek sekat atrium adalah hu